Tulungagung (Antara Jatim) - Belasan hektare tanaman kubis di areal persawahan Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terancam gagal panen akibat serangan hama klaper yang menyebabkan daun dan batang kubis layu atau habis sehingga tidak bisa berkembang.
"Hama klaper ini sudah menyerang sejak tanaman kubis baru berusia tujuh hari," tutur Supian, salah seorang petani kubis di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantru, Rabu.
Untuk mencegah serangan hama klaper terus berkembang, lanjut Supian, dirinya dan sejumlah petani lain rutin melakukan penyemprotan.
Supian mengatakan, berdasarkan pengalamannya serangan ulat klaper biasa menyerang tanaman kubis di saat masa tanam pada bulan Juli hingga September. Di bulan-bulan tersebut serangan ulat klaper sangatlah ganas. Sekali menyerang daun bakalan habis dan tak tersisa.
Lain halnya saat masa tanam pada bulan April hingga Juni, hama ulat daun yang menyerang tidaklah begitu ganas dan bisa teratasi dengan cara penyemprotan obat pestisida. "Yang pasti di saat masa tanam pada bulan Juli hingga Desember, ulat daun sangatlah ganas ketika menyerang,” terangnya.
Langkah yang diambil oleh para petani yakni melakukan penyemprotan secara rutin dua hari sekali. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gagal panen nantinya.
Biaya yang dikeluarkan sekali penyemprotan lumayan mahal, terlihat beberapa obat pestisida yang disemprotkan masih belum bisa membunuh ulat daun yang menyerang tanaman kubis. Setiap obat pestisida dibeli dengan harga Rp175 ribu per botol untuk pengobatan tanaman sekitar 5.100 tanaman dan sekarang sudah menghabiskan lima botol obat masih belum ada perubahan.
"Ya kami tetap berupaya melakukan penyemprotan secara rutin agar tidak terjadi gagal panen," ujar Sukimin, petani lain. (*)