Zurich, (Antara/AFP) - Staf FIFA memberi 'standing ovation' kepada Sepp Blatter pada Rabu, bahkan meski pengunduran dirinya gagal menumpas badai korupsi yang belum menyentuh mantan pemimpin badan sepak bola dunia itu.
Sekitar 400 staf di markas besar FIFA memberi tepuk tangan kepada ofisial Swiss berusia 79 tahun itu, sehari setelah Blatter mengumumkan dirinya mengundurkan diri.
"Itu adalah standing ovation yang lama yang berlangsung beberapa menit dan Tuan Blatter sangat emosional," kata juru bicara FIFA kepada AFP.
Bagaimanapun, pada Rabu malam awan gelap kembali menyelimuti ketika muncul testimoni dari mantan petinggi sepak bola Amerika Utara Chuck Blazer, yang mengungkapkan bahwa kampanye-kampanye untuk Piala Dunia 1998 dan 2010, di mana dirinya dan sejumlah eksekutif FIFA lain menerima suap.
Testimoni Blazer merupakan dasar kunci pada penyelidikan AS terhadap FIFA, di mana dokumen pengadilan federal menyebutnya sebagai "Pemerasan yang Mempengaruhi Organisasi yang Korup."
Pria 70 tahun itu -- yang tidak dipenjara karena telah membayar uang jaminan dan sedang menjalani perawatan untuk kanker rektal -- mengakui hal itu pada pembacaan dakwaan-dakwaan yang terkait dengan kepemimpinannya di badan sepak bola Amerika Tengah dan Utara CONCACAF, dan keanggotaan komite eksekutif FIFA.
Bagaimanapun, sebagai upaya meringankan hukuman, ia sepakat untuk mengenakan pengeras suara dan merekam pembicaraan-pembicaraan dengan sesama anggota FIFA.
Pada berkas yang dirilis pada Rabu, eksekutif-eksekutif FIA lainnya yang disebut "pihak-pihak yang bersekongkol" tidak disebutkan identitasnya.
"Di antara berbagai hal, saya setuju dengan orang-orang lain pada atau sekitar 1992 untuk memfasilitasi penerimaan suap sehubungan dengan pemilihan negara tuan rumah untuk Piala Dunia 1998," kata Blazer dalam pembelaannya.
Hak menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998 jatuh kepada Prancis, dengan mengungguli penawaran dari Maroko. Dokumen pengadilan lainnya, yang menjelaskan dakwaan-dakwaan, mengatakan bahwa Blazer hadir ketika pihak yang bersekongkol menerima suap di Maroko.
Blazer kemudian mengakui bahwa ia dan "sejumlah komite eksekutif FIFA lainnya" sepakat untuk menerima suap terkait pemilihan Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah pada 2010.
para pejabat Afrika Selatan kerap membantah tudingan-tudingan para penyelidika AS, bahwa mereka membayar suap senilai sepuluh juta dolar untuk mengamankan hak menjadi tuan rumah ajang itu.
Pusat klaim-klaim mengenai Afrika Selatan adalah mantan wakil presiden FIFA dan mantan kepala CONCACAF Jack Warner, yang masuk dalam daftar pencarian orang Interpol pada Rabu.
Transfer sepuluh juta dolar dari otoritas-otoritas Afsel kepada Warner, dan dibuat melalui FIFA, meski mereka mengatakan mereka hanya menjadi penyalur pada transaksi itu.
Laporan-laporan penyelidik AS meyakini sekretaris jenderal FIFA Jerome Valcke mensahkan transfer itu dan uang itu diniatkan sebagai suap.
Bagaimanapun, ia menegaskan bahwa ia tidak ada kaitannya dengan hal itu.
"Saya tidak perlu menyalahkan diri saya sendiri untuk itu dan saya tentu saja tidak merasa bersalah, maka saya bahkan tidak perlu menjustifikasi ketidak bersalahan saya," kata Valcke kepada stasiun radio Prancis France Info.
"Saya tidak memiliki kekuatan untuk mensahkan pembayaran, khususnya senilai sepuluh juta dolar, dan di atas segalanya itu datang dari akun lain yang terpisah dari FIFA," tambah pria 54 tahun ini.
Meski terdapat penyangkalan-penyangkalan, FBI AS mencari peran Blatter dalam suap jutaan dolar yang diberikan kepada para ofisial sepak bola.
Paling dicari
Keputusan Blatter untuk mengundurkan diri memicu persaingan untuk mengambil alih posisi kepala di federasi olahraga paling besar dan paling kuat di dunia ini, di mana pemungutan suara diperkirakan baru akan berlangsung pada Desember.
Taipan Korea Selatan Chung Mong-Joon, Pangeran Ali bin Al Hussein dari Yordania, yang dikalahkan Blatter pada pemungutan suara Jumat silam, dan legenda sepak bola Brazil Zico mengatakan mereka akan ambil bagian.
Sebagian besar mata tetap tertuju kepada Michel Platini, presiden UEFA yang gagal dalam upayanya mendongkel Blatter pada pekan lalu.
Blatter, yang menguasai FIFA selama 17 tahun, memenangi masa jabatan kelima pada pemilihan yang berlangsung pada Jumat. Namun berbagai kritik atas rezimnya dan pengungkapan masalah-masalah korupsi yang baru menyudutkannya.
"Ketika saya memiliki mandat dari anggota FIFA, saya tidak merasa mendapat mandat dari seluruh dunia sepak bola -- para penggemar, para pemain, klub-klub, orang-orang yang hidup, bernafaskan, dan mencintai sepak bola," ucapnya pada konferensi pers.
Siapa yang terjungkal pertama?
Otoritas-otoritas AS telah mendakwa 14 ofisial sepak bola dan eksekutif-eksekutif perusahaan olahraga, dengan suap lebih dari 150 juta dolar.
The New York Times, yang beritanya mengenai penangkapan tujuh pejabat pada kongres FIFA pekan lalu menjadi awal kegemparan, mengutip pernyataan ofisial penegak hukum dan sumber lainnya untuk mendukung laporan mereka bahwa Blatter sekarang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
"Sekarang orang-orang akan ingin menyelamatkan diri mereka sendiri, kemungkinan ada persaingan untuk melihat siapa yang akan menjungkalkannya untuk pertama kalinya," kata satu sumber kepada ABC News.
Jaksa Agung AS Loretta Lynch pada Rabu, saat sedang mengadakan perjalanan ke Latvia, menolak mengomentari laporan-laporan itu.
Bagaimanapun, pada Rabu juga para otoritas Swiss belum menerima permintaan ekstradisi dari sejawatnya di AS.
"Kami belum menerima permintaan resmi ekstradisi; kami akan mengeluarkan pernyataan ketika hal itu terjadi," kata juru bicara menteri kehakiman Folco Gallia.
Selain Warner yang menghuni posisi orang paling dicari Interpol, mereka juga meletakkan mantan anggota eksekutif FIFA Nicolas Leoz di dalamnya dan mengeluarkan peringatan internasional.
Empat kepala perusahaan pemasaran olahraga juga telah diletakkan dalam daftar itu.
Leoz berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dan dilaporkan tengah menjalani tahanan rumah di kampung halamannya di Paraguay.
Paralel dengan penyelidikan AS, para jaksa Swiss kini mendalami tentang pemberian hak tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 20122 kepada Rusia dan Qatar.
Qatar mengatakan pengunduran diri Blatter tidak akan 'berdampak' kepada persiapan-persiapan Piala Dunia mereka. Kremlin juga mengatakan Rusia 'terkejut' dengan pengunduran diri itu, namun pihaknya akan tetap menjalankan berbagai rencana. (*)
Blatter Dapat "Standing Ovation"
Kamis, 4 Juni 2015 8:34 WIB