Persebaya dan Arema "Bermasalah" Tetap Bertanding
Minggu, 5 April 2015 23:39 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Larangan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) kepada dua tim yakni Persebaya Surabaya dan Arema Indonesia untuk bertanding dalam kompetisi kasta tertinggi Indonesia itu karena terganjal legalitas, sepertinya tak diindahkan oleh keduanya.
BOPI sebagai kepanjangan tangan pemerintah sepertinya tidak mempunyai "taring" atau kekuatan dalam permasalahan ini, sehingga PSSI dan PT Liga Indonesia sebagai operator kompetisi tetap membiarkan dua tim yang dikategorikan "bermasalah" itu bermain.
Arema Cronus Indonesia yang bertanding Sabtu (4/4) malam, bermain imbang 4-4 dengan tamunya Persija Jakarta di Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Empat gol Arema masing-masing dicetak Cristian Gonzales pada menit ke-10, Samsul Arif menit ke-30, Fabiano Beltrame menit ke-37, serta Fabiano Beltrame menit ke-94 (injury time).
Sementara empat gol balasan Persija, tiga di antaranya dilesakkan Bambang Pamungkas menit ke-18, 28 dan menit ke-76 (hatrick), sedangkan satu gol dipersembahkan Greg Nwokolo menit ke-82.
Sementara itu, Persebaya Surabaya pun telah melaksanakan pertandingannya melawan Mitra Kukar di Gelora Bung Tomo Surabaya, Minggu (5/4) petang.
Tim berjuluk "Bajul Ijo" itu mampu mengatasi perlawanan tamunya Mitra Kukar dengan skor tipis 1-0, yang dicetak oleh Slamet Nur Cahyono menit ke-16.
Tetap berlangsungnya pertandingan kedua tim asal Jawa Timur tersebut menunjukkan lemahnya kekuatan BOPI dalam keputusannya terkait larangan kedua tim untuk mengikuti Liga Super Indonesia (LSI).
Lemahnya keputusan pemerintah melalui BOPI tidak hanya terlihat saat ini saja, sebelumnya ketika pemerintah bertindak melalui Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di Kota Malang beberapa waktu lalu juga tidak membuahkan hasil, bahkan keputusannya berjalan landai.
BOPI menetapkan hanya 16 dari 18 klub yang direkomendasikan mengikuti kompetisi pada musim 2015-2016 yang dimulai 4 April 2015, karena 16 tim itu telah memenuhi persyaratan dan ketentuan.
Ketua BOPI Noor Aman dalam konfrensi pers di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, mengatakan, setelah melakukan verifikasi secara seksama dan objektif serta dilihat dari temuan yang ada di lapangan hanya 16 klub yang lolos.
Dari 16 klub yang direkomendasikan, lima klub masih memiliki catatan karena belum memenuhi persyaratan yakni Mitra Kukar, Persela Lamongan, Gresik United, Perseru Serui, dan Pelita Bandung Raya.
Namun, dua klub tidak direkomendasikan karena tidak memenuhi persyaratan legalitas klub lantaran kepemilikan ganda, yaitu Persebaya Surabaya dan Arema Malang.
Menurut CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono, dimentahkannya rekomendasi BOPI karena PT Liga Indonesia kesulitan mengatur ulang jadwal yang telah disusun, jika liga hanya digelar dengan 16 klub.
Selain itu, PT Liga menyayangkan sikap BOPI yang tidak dari awal mempermasalahkan persoalan legalitas Arema dan Persebaya.
"Dari awal yang dipersoalkan masalah pajak, jadi penekanan PT Liga ke klub, ya terkait dengan pajak. Namun, belakangan BOPI mempermasalahkan legalitas klub," katanya di Jakarta.
Dengan alasan inilah PT Liga pun tetap menjalankan kompetisi dengan 18 klub dan menggelar laga Arema kontra Persija Jakarta di Malang (4/4), serta Persebaya kontra Mitra Kukar di Surabaya Minggu (5/4) malam.
Duduk Bersama
Pengamat Sepak Bola Nasional, Anton Sanjoyo mengatakan kedua organisasi yakni PSSI dan BOPI dibentuk bukan untuk saling berkonflik atau bermasalah, melainkan harus bisa bekerja sama dalam menata sepak bola Nasional ke arah profesional.
"Di lain negara sudah merencanakan bagaimana timnya bisa lolos Piala Dunia, tapi mengapa di Indonesia masih sibuk mengurusi internal dan permasalahan serta profesionalitas liga," ucap Anton yang juga wartawan senior.
Seharusnya, kata Anton, dua organisasi itu dibentuk untuk saling menuju profesionalitas sepak bola Indonesia, sebab selama ini terlihat berjalan sendiri-sendiri dalam mengambil keputusan.
"PSSI juga harus ikut dalam program pemerintah, sebab selama ini saya melihat mereka cukup arogan dan tidak bisa bersinergi. Mungkin karena kompetisi ini adalah sumber bisnis yang cukup besar," katanya.
Anton juga mengkritisi BOPI yang juga terlalu arogan dalam mengambil keputusan, meski dia mengakui keputusan yang diambil BOPI benar, yakni tim Persebaya dan Arema layak ditolak ikut kompetisi.
Sebab, dua tim itu tidak mampu memenuhi legalitas formal karena adanya kepemilikan ganda dalam klub, sehingga tidak memenuhi persyaratan.
"Saya mengakui pasti ada kepentingan dibalik keputusan BOPI terkait larangan dua tim asal Jawa Timur untuk mengikuti kompetisi, dan saya juga mengerti apa alasan PT Liga Indonesia membiarkan mereka bermain meski dilarang oleh BOPI," katanya.
Salah satu alasannya, adalah sebagian besar internal BOPI diisi oleh orang-orang dari Liga Primer Indonesia (LPI), sehingga ada unsur dendam dalam permasalahan legalitas kompetisi, dan masalah ini yang menjadi polemik mengapa larangan BOPI sepertinya tidak mempunyai taring dihadapan pengurus PSSI
Oleh karena itu, Anton menyarankan agar BOPI bisa fleksibel dalam mengambil keputusan, seperti memberi "dead-line" atau batasan waktu kepada dua tim untuk segera menyelesaikan masalah legalitas hingga pertengahan musim, dan tidak langsung melarang mereka bermain.
"Dua tim itu sudah bermain, dan yang bisa dilakukan BOPI adalah mencabut keputusan awal dan mengganti agar dua tim bisa memenuhi legalitas hingga pertengahan musim, atau memberi batasan. Apabila tidak bisa boleh dilarang bermain pada musim depan," katanya.
Anton menjelaskan, permasalahan ini bisa selesai apabila antara BOPI dan PSSI sama-sama tidak arogan dan duduk bersama untuk mengambil keputusan.
Selain, antara PSSI dan BOPI harus ada kemauan untuk bekerja sama, seperti saat PSSI mereka menyetujui dengan meminta tim-tim yang berada di kategoti B melengkapi berkas administrasi, sehingga tidak ada lagi unsur dendam pribadi dalam kompetisi yang berlangsung.(*)