Underpass Jalan Mayjen Sungkono Surabaya Siap Dibangun
Senin, 30 Maret 2015 19:05 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Proyek terowongan atau underpass di bundaran Jalan Mayjen Sungkono dan HR Muhammad Kota Surabaya yang terintegrasi dengan proyek angkutan massal cepat (AMC) siap dibangun tahun ini.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Imam Sonhaji, di Surabaya, Senin, mengatakan Pemkot Surabaya telah mendapat izin pembangunan underpas berupa surat izin pengunaan jalan dalam bentuk hibah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Nomor TB.13.03.51/89 itu diterima pada 23 Februari 2015.
"Pembangunan underpass itu kewenangannya di bawah Kementerian PU-Pera. Sehingga, harus ada izin dari kementerian tersebut yang menyatakan penggunaan lahan dalam bentuk hibah," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, Erna Purnawati, mengatakan pengkajian penggarapan proyek underpass ini sudah dilakukan mulai 2012. Pengkajiannya menelan dana APBD sebesar Rp50 juta.
Selain itu, pihaknya juga melakukan lelang "detail engineering design" (DED) dengan anggaran Rp400 juta. Tahun lalu, pihaknya sudah menuntaskan UKL dan UPL yang menelan anggaran Rp50 juta.
"Kami sudah merancang rekayasa lalu lintas selama proyek berlangsung, yakni dengan membuka akses jalan Dukuh Kupang Barat, Jalan Simogunung, dan juga Jalan Banyuurip. Ini untuk antisipasi agar tidak ada kemacetan," katanya.
Sementara itu, Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur meminta pada pengembang untuk turut terlibat dalam proyek infrastruktur Surabaya.
Ketua REI Jatim Paulus Totok Lucida mengatakan saat ini ada sebanyak 20 pengembang di Jatim berencana ikut membangun proyek terowongan atau underpass di bundaran Jalan Mayjen Sungkono dan HR Muhammad.
Menurut dia, proyek senilai Rp84 miliar itu digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi pada jam-jam tertentu.
Pemkot sendiri telah meminta pengembang untuk membantu membangun fasilitas jalan tersebut karena salah satu faktor penyebab kepadatan jalan adalah pengembangan realestat di kawasan tersebut.
"Saya kira pengembang harus ikutlah menyediakan sarana dan prasarana jalan umum itu (tunnel). Supaya beban jalan semakin terkurangi, termasuk surabaya barat," katanya.
Selain itu, kata dia, pertumbuhan properti di Surabaya barat berkembang pesat. Hampir semua pengembang yang ada dikawasan ini berlomba-lomba membangun hunian, baik itu berupa high rise building maupun landed house.
Ketika ada kawasan hunian baru, lanjut dia, bisa dipastikan akan menambah beban jalan. Anehnya, lanjut dia, selama ini penyediaan infrastruktur jalan selalu menjadi tanggungan Pemkot Surabaya.
"Kami akan segera mengadakan rapat dengan pengembang untuk membicarakan masalah ini (keterlibatan pengembang dalam proyek underpass)," tandas Totok.
Ia berpendapat, ada banyak cara untuk mengurai kemacetan lalu lintas. Bisa dengan membangun fly over (jalan layang) atau dengan tunnel. Pemilihan underpass sebagai proyek untuk mengurai kemacetan merupakan langkah yang tepat.
Ketika dibangun fly over, maka properti yang ada di kanan kiri proyek tersebut dipastikan tidak akan laku jual. Sebab, kendaraan akan lewat jalan layang dan tidak melewati properti tersebut.
"Meski biaya untuk membangun underpass mahal, tapi properti akan tetap laku," katanya.(*)