Menjadikan Banyuwangi Pusat Pendidikan Kemaritiman
Jumat, 6 Maret 2015 20:57 WIB
Banyuwangi, (Antara Jatim) - Selain kekayaan alam di darat dan ragam budaya yang memungkinkan dikembangkan sebagai objek wisata menarik, Kabupaten Banyuwangi juga memiliki potensi luar biasa di bidang kemaritiman.
Kabupaten paling timur di Pulau Jawa yang berjuluk \"The Sunrise of Java\" itu memiliki garis pantai terpanjang di Jawa Timur, yakni 175,8 km dan pelabuhan perikanan yang sangat besar, yakni di Muncar.
Sejumlah perusahaan di bidang perikanan, seperti produsen sarden ada di daerah itu. Yang terbaru adalah pengolahan ikan berkualitas \"sekelas\" salmon dengan produk ekspor, juga ikut meneguhkan betapa potensi perikanan di Banyuwangi luar biasa.
Atas pertimbangan potensinya itulah maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menjadikan Banyuwangi sebagai pusat pendidikan atau pengembangan sumber daya manusia kemaritiman nasional.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) KKP Suseno Sukoyono saat mengikuti kunjungan kerja Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Dwisuryo Indroyono Soesilo ke Banyuwangi, Jumat (6/3) mengatakan dipilihnya daerah itu sebagai pusat pengembangan SDM kemaritiman karena beberapa alasan.
Pertama, daerah itu memiliki instrumen pendidikan yang lengkap di bidang kemaritiman, mulai SMK sampai perguruan tinggi. Di daerah ini ada sekolah menengah kejuruan (SMK) maritim, akademi, bahkan universitas yang memiliki jurusan kelautan dan perikanan.
Selain itu di daerah yang berbatasan laut dengan Kabupaten Jembrana, Bali, itu juga terdapat Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) di bawah KKP.
Menurut Suseno Sukoyono, BPPP Banyuwangi didesain dengan keunggulan penggunaan kurikulum pelatihan internasional yang bekerja sama dengan institusi pendidikan di banyak negara.
Ia menegaskan bahwa fasilitas di BPPP Banyuwangi sangat lengkap. Pihaknya menyelenggarakan pelatihan menggunakan kurikulum internasional yang berbasis dunia usaha dan dunia industri.
\"Kami juga memiliki studi pengolahan perikanan budi daya, rumput laut dan pengembangan wisausaha perikanan. Balai diklat di Banyuwangi tidak hanya kami jadikan rujukan atau \'centre of excellence\' di Indonesia, bahkan untuk level Asia Tenggara,\" tuturnya.
Alasan kedua, Banyuwangi juga telah memiliki penyuluh perikanan yang mumpuni. SDM perikanan di Banyuwangi di nilai rata-rata memiliki sikap ulet dan tangguh. Hal itu menjadi modal utama dalam keberhasilan membangun SDM yang berkualitas, khususnya kemaritiman.
Banyuwangi, kata Suseno, juga memiliki sumber daya alam yang mendukung. Salah satunya kualitas air yang sangat baik yang mendukung pengembangan budi daya perikanan air tawar, salah satunya sidat (anguilliformes) yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
Hasil tes laboratorium, menurut dia, di dalam 25 mili liter air di Jakarta mengandung 550.000 bakteri, sementara di Banyuwangi kurang dari 10.000.
\"Ini berarti airnya sangat sehat. Jadi orang Banyuwangi sehat-sehat. Dan dari data kami, sidat Banyuwangi terbaik di dunia. Ini di dunia ya, bukan hanya di Indonesia. Makanya sidat Banyuwangi banyak diekspor,\" ucap dia.
Eskpor ikan sidat itu sendiri dilakukan oleh PT Iroha Sidat Indonesia (ISI) yang beroperasi di wilayah Kalipuro, Banyuwangi.
Plant Manager PT Iroha Sidat Indonesia (ISI) Trie Djoko Narbuko menjelaskan pihaknya mengeskpor ikan sidat ke Jepang, Eropa dan Amerika Serikat sebanyak 120 ton per tahun dengan harga 30 dolar AS per kilogram.
\"Sekitar 90 persen produk kami diekspor dalam bentuk olahan setengah jadi atau berbentuk valetn\" tambahnya.
Ia mengemukakan bahwa sebetulnya permintaan ikan sidat di pasar luar negeri cukup besar, yakni hingga 300.000 ton per tahun, namun pihaknya belum bisa memenuhi.
Untuk operasional perusahaan pembudi daya dan pengolah ikan mirip belut ini, PT ISI memliki lahan 47 hektare dan baru 40 persen yang berproduksi. Perusahaan itu didirian pada 2010 dan baru mulai komersial pada 2012.
Ikan sidat itu hidup di air tawar, yaitu sungai, namun saat dewasa dan hendak bertelur, mereka bermigrasi ke laut dalam dan mati setelah bertelur. Anakannya kemudian bergerak ke pinggir menuju sungai untuk berkembang biak.
Suseno melanjutkan, Banyuwangi juga memiliki industri galangan kapal dan potensi wisata bahari yang besar. Bahkan industri kapal itu sudah mampu memenuhi kebutuhan militer, khususnya TNI Angkatan Laut.
Ia juga menegaskan bahwa yang sangat penting dari semua itu adalah, KKP melihat komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang sangat tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM, khususnya di bidang kemaritiman.
\"Kami juga melihat faktor kepemimpinan di Banyuwangi yang memiliki keberpihakan dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia,\" imbuhnya.
Terintegrasi
Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan banyak SDM kemaritiman yang andal dan berkualitas internasional.
Karena itu Banyuwangi bakal diperkuat secara terintegrasi, dari sisi perikanannya, hingga wisata baharinya.
Dia mengatakan, selain pengembangan BPPP, pemerintah juga akan membangun Politeknik Perikanan Negeri di Banyuwangi.
Indroyono langsung memerintahkan jajarannya untuk memproses pendirian kampus tersebut. Tahun ini dimulai penyiapannya, sehingga awal tahun depan sudah bisa dibangun. Adapun pemerintah daerah diminta segera menyiapkan lahannya.
\"Disiapkan dana Rp150 miliar untuk Politeknik Perikanan. Pemerintah terus memperkuat sektor maritim. Banyuwangi bisa menjadi basis karena potensinya besar,\" tukas dia.
Ia mengemukakan bahwa Indonesia menargetkan bisa menambah 10 politeknik perikanan dalam lima tahun ke depan yang salah satunya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Pihaknya terus menyiapkan tanaga-tenaga kemaritiman yang andal dan memiliki kompetensi yang diakui oleh dunia internasional.
Ia mencontohkan lulusan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) di Jakarta memiliki kompetensi internasional karena bermitra dengan tujuh perguruan tinggi internasional di lima negara, yaitu empat di Amerika Serikat, masing-masing satu di Jerman, Korea Selatan, dan Australia.
\"Ini betul-betul berkualitas internasional karena perkuliahan kita memang kelas dunia, melalui \'video conference\' dengan dosen-dosen di luar negeri,\" tutur Indroyono.
Sementara untuk tingkat SLTA, ia menyiapkan 10 sekolah menengah kejuruan (SMK) perikanan yang unggulan dengan spesifikasi jurusan, antara lain teknika perikanan, nautika perikanan, agribisnis perikanan, dan agribisnis rumput laut.
\"Minimal masing-masing pulau besar ada satu SMK perikanan unggulan. Kami siapkan lulusan SMK perikanan ini juga berkualitas internasional. Bahkan, ijazahnya yang agribisnis bisa laku di perbankan sehingga bisa mencetak enterprener,\" katanya.
Sementara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut positif dipilihnya Banyuwangi sebagai pusat rujukan pengembangan SDM kelautan dan perikanan.
Apalagi hal itu sejalan dengan program Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang menjadikan bidang perikanan dan kelautan sebagai salah satu visi pembangunan daerah.
Banyuwangi sendiri telah memiliki 2 SMK perikanan dan satu SMK pelayaran. Selain itu ada Universitas Airlangga Banyuwangi juga memiliki jurusan budi daya perikanan.
\"Kami melihat potensi bidang maritim di Banyuwangi sangat besar, apalagi kami memiliki pantai terpanjang di Jawa Timur dan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Muncar. Karena itu pengembangan dunia maritim sudah menjadi komitmen dalam visi pembangunan Banyuwangi,\" kata Anas.
Anas, melanjutkan, salah satu komitmen pengembangan SDM bidang maritim, dirinya juga telah meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menjadikan Banyuwangi sebagai proyek percontohan pendirian SMK Maritim di Jawa Timur.
\"Kami memandang ini sebagai langkah strategis investasi SDM jangka panjang untuk kemajuan dunia kelautan dan perikanan Banyuwangi di masa yang akan datang,\" tegasnya.(*)