Ribuan Penonton Terpesona Parade "Banyuwangi Ethno Carnival"
Sabtu, 22 November 2014 20:37 WIB
Banyuwangi (Antara Jatim) - Ribuan penonton yang memadati seputaran Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dibuat terpesona dan terkesima dengan parade busana yang ditampilkan ratusan model pada ajang "Banyuwangi Ethno Carnival" di daerah setempat, Sabtu.
Karnaval etnik tahunan yang dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya itu, kali ini mengangkat tema "The Mistic Dance of Seblang" (Tari Seblang), yakni sebuah ritual tertua yang menjadi tradisi masyarakat Osing (warga asli Banyuwangi).
Ratusan model dari kalangan pelajar dan seniman muda di Banyuwangi menampilkan busana rancangan sendiri yang dikemas apik menyesuaikan tema karnaval.
Ada busana yang didesain berbentuk hasil palawija, seperti kacang-kacangan, wortel, jagung, tanaman padi, dan hasil pertanian lainnya.
Ritual Tari Seblang mengandung makna usaha memperoleh ketentraman, keselamatan dan kesuburan tanah agar hasil panen warga melimpah.
Ritual itu dimainkan seorang penari perempuan dalam kondisi terhipnotis atau tidak sadarkan diri, sebagai media penghubung warga desa dengan arwah leluhur mereka.
Sebelum parade dimulai, ritual berbau mistik tersebut dipentaskan di panggung utama sepanjang 100 meter.
Seorang penari Seblang dihipnotis oleh tokoh adat atau dukun dengan pembacaan mantra dan dalam kondisi tidak sadar, perempuan itu kemudian menari-nari menyusuri panggung utama.
Puluhan penari Seblang lainnya dan beberapa perempuan paruh baya serta empat lelaki yang mengotong hasil bumi turut mengiringi hingga membuat tamu undangan serta ribuan penonton terkesima.
Selain Menteri Pariwisata Arief Yahya, beberapa tamu penting juga tampak hadir, antara lain Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang kebetulan sedang melakukan kunjungan kerja di Banyuwangi dan Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake.
Ada juga beberapa artis senior dari Jakarta, seperti Yatie Octavia, Paramita Rusadi dan Ayu Azhari, serta para bupati dan wali kota dari berbagai daerah di Indonesia.
"Saya takjub dan kagum dengan acara BEC ini. Mudah-mudahan agenda seperti ini bisa terus dilestarikan," ujar Paramita Rusadi.
Sementara Mensos Khofifah Indar Parawansa mengatakan upaya Pemkab Banyuwangi membangun daerahnya dengan mengangkat potensi budaya lokal bisa menjadi model bagi daerah lainnya di Indonesia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menegaskan karnaval etnik seperti BEC juga banyak bermuncullah di berbagai daerah, tetapi kemasan yang disajikan daerahnya memiliki perbedaan.
"Kalau daerah lain membawa tema global ke tingkat lokal, justru BEC ini bertujuan mengangkat tema lokal ke tingkat internasional. Artinya, tema budaya lokal menjadi jiwa dari BEC," katanya.
Pada tiga penyelenggaraan BEC sebelumnya, Pemkab Banyuwangi juga telah mengangkat tema budaya khas daerah setempat, yakni Damarwulan dengan Gandrung-nya (2011), Barong (2012) dan Kebo-Keboan (2013).
"BEC tahun depan, kami akan menampilkan tema budaya lokal lainnya. Yang pasti, kami ingin membangun budaya Banyuwangi sebagai identitas daerah," tambah Abdullah Azwar Anas. (*)