Aksi Tolak Penutupan Lokalisasi Gude Madiun Ricuh
Senin, 10 November 2014 17:11 WIB
Madiun (Antara Jatim) - Aksi penolakan penutupan Lokalisasi Wisma Wanita Harapan Gude di halaman Kantor Bupati Madiun, Jawa Timur, Senin, berlangsung ricuh akibat massa penghuni lokalisasi memaksa masuk gedung.
Awalnya, aksi yang sudah ketiga kali digelar tersebut berlangsung damai. Massa meminta untuk bertemu dengan Bupati Madiun Muhtarom namun tidak dihiraukan.
Hingga akhirnya mereka langsung merangsek barikade aparat kepolisian yang berjaga di pintu gerbang kantor bupati setempat. Aksi saling dorong tak dapat terhindari, bahkan ada seorang anggota massa yang terkena pukulan petugas keamanan hingga menyulut emosi. Massa pun semakin kuat mendorong pintu untuk masuk kantor.
"Kami ingin bertemu langsung dengan Bupati Madiun. Supaya keluhan kami didengar. Pemerintah Kabupaten Madiun harus memikirkan nasib kami jika lokalisasi itu ditutup," ujar massa penghuni lokalisasi yang juga merupakan ketua RT setempat, Suprapto.
Setelah diredam petugas, massa akhirnya mengurungkan niatnya untuk menerobos barikade pengamanan. Beberapa perwakilan dari massa akhirnya diperbolehkan masuk ke Kantor Bupati Madiun untuk berdialog dengan perwakilan pimpinan.
"Kami ingin berdialog langsung dengan Bapak Bupati, supaya permasalahan ini segera ada titik temu atau kesepakatan," ungkap penghuni lokalisasi lainnya, Rusmin.
Dalam aksi tersebut, massa gabungan dari para wanita pekerja seks (WPS) yang merupakan penghuni lokalisasi setempat dan warga sekitar yang hidupnya bergantung dari kegiatan lokalisasi itu, membawa poster dan spanduk. Mereka berorasi menuntut hak mereka.
Kalaupun harus dilakukan penutupan, massa menuntut ditunda hingga dua tahun ke depan. Itu karena para penghuni lokalisasi dan warga sekitar merasa belum siap. "Kami belum siap kalau lokalisasi tersebut ditutup sekarang. Sebab, ada banyak warga sekitar yang hidupnya bergantung dari tempat itu," kata dia.
Sementara, hasil dialog masih tidak mendapatkan titik temu. Pemkab Madiun tidak bersedia memenuhi tuntutan massa untuk menunda penutupan lokalisasi. Meski masih mengganjal, massa akhirnya membubarkan diri sambil mengancam memboikot semua upaya penutupan dan akan terus menggelar aksi guna menuntut hak mereka. (*)