Tulungagung (Antara Jatim) - Dua kompleks eks-lokalisasi di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur diduga kembali menjadi ajang prostitusi terselubung, ditandai banyaknya pekerja seks komersial (PSK) yang beroperasi di tempat tersebut dengan menyaru sebagai pelayan warung kopi ataupun rumah karaoke. Koresponden Antara di Tulungagung, Selasa melaporkan, praktik prostitusi di sejumlah warung kopi yang menjadi tempat karaoke di dalam area eks-lokalisasi Ngujang maupun Kaliwungu. Sejumlah pria "hidung belang" bahkan dengan mudahnya melakukan transaksi dengan para PSK untuk mendapat layanan seksual di kamar khusus yang disediakan pemilik warung kopi atau rumah karaoke. "Keberadaan dan aktivitas (prostitusi) mereka suah di luar kewenangan kami," kilah Kabid Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Tulungagung, Amir Bakti. Secara tidak langsung, Amir mengakui masih ada praktik prostitusi secara terselubung di bekas sentra pelacuran terbesar di Kabupaten Tulungagung tersebut. Menurutnya, kegiatan itu masuk ranah pelanggaran hukum. Amir berdalih, praktik prostitusi terselubung itu, jika benar dan terbukti, sudah bukan wilayah kewenangan mereka untuk melakukan pembinaan. "Tugas kami mengawasi 26 mantan pekerja seks komersil dari dua eks-lokalisasi di Ngujang dan Kaliwungu yang telah ditutup sejak 2012 silam. Kalau kemudian masih ada (prostitusi terselubung), itu sudah bukan ranah dinsos, tapi ranah hukum karena ada unsur perdagangan manusia," sergah dia. Eks-Lokalisasi Ngujang di Kecamatan Ngantru dan eks-Lokalisasi Kaliwungu di Kecamatan Ngunut merupakan dua kompleks pelacuran terbesar di daerah ini, sebelum akhirnya ditutup pemda setempat pada akhir 2012. Tidak tanggung-tanggung, penutupan dua lokalisasi tersebut bahkan menjadi percontohan nasional, karena dianggap berlangsung damai dan nyaris tidak ada gejolak. Anggaran kompensasi lokalisasi diturunkan pemerintah dalam volume besar, hingga puluhan miliar. Tidak hanya untuk memberi pesangon bagi komunitas pekerja seks, germo, dan kelompok masyarakat yang terdampak penutupan lokalisasi, tetapi juga untuk proyek alih fungsi lahan lokalisasi. Beberapa proyeksi yang telah dirancang badan perencanaan pembangunan daerah (bappeda) setempat di antaranya adalah untuk pembangunan lapangan futsal, kolam pemancingan, tempat ibadah, serta sejumlah wahana hiburan rakyat yang bernilai positif. Namun lacur, bukannya terealisasi seperti perencanaan, proyek alih fungsi lahan lokalisasi itu tidak pernah terjadi. Bekas kompleks pelacuran yang mampu menampung hingga ratusan PSK itu kini hanya berubah penampilan dari semula berisi puluhan rumah bordil menjadi rumah-rumah karaoke dan kafe, lengkap dengan mucikari dan PSK yang menyaru sebagai pelayan warung kopi. (*)
Prostitusi Terselubung di Eks-Lokalisasi Tulungagung
Selasa, 1 Juli 2014 22:34 WIB