Pemilu Afghanistan Dalam Bahaya
Kamis, 19 Juni 2014 11:47 WIB
Kabul, Afghanistan (Antara) - Kandidat pemilu presiden Afghanistan Abdullah Abdullah pada Rabu menuntut penghentian penghituangan suara terkait dugaan kecurangan, yang membawa negara itu ke tepi jurang krisis politik di masa pemindahan kekuasaan demokratis pertamanya.
Abdullah mengajukan keluhannya menyangkut dugaan kecurangan pada pemilihan ulang Sabtu dengan menuduh lawannya Ashraf Ghani, Presiden Hamid Karzai yang akan habis masa jabatannya dan Komisi Pemilihan Umum Independen (IEC) semuanya terlibat, lapor AFP.
Pemilu mulus dipandang sebagai ujian penting atas upaya militer dan sipil internasional selama 13 tahun untuk membangun Afghanistan sejak jatuhnya rezim Taliban pada 2001.
Namun pernyataan Abdullah pada Rabu menumbuhkan perselisihan yang dapat memicu instabilitas karena pasukan tempur asing pimpinan AS menarik diri sebelum akhir tahun ini.
"Kami berhenti terlibat dengan komisi (pemilihan umum) dan kami telah meminta para petugas monitor kami agar meninggalkan kantor mereka," kata Abdullah.
"Kami minta proses penghitungan agar dihentikan segera, jika tidak, maka pemilu tidak akan mempunyai legitimasi sama sekali."
Ia menambahkan bahwa "tiap orang tahu ...bahwa sayangnya presiden Afghanistan tidak imparsial" dan bahwa sejumlah kotak-kotak suara dipenuhi dengan kertas suara pada hari sebelum pemilihan umum putaran kedua.
Argumen tersebut meledak disamping permintaan dari Perserikatan Bangsa Bangsa dan Amerika Serikat kepada Abdullah dan Ghani agar memberi waktu para petugas untuk melakukan penghitungan dan mengajudikasi keluhan kecurangan.
"Penghentian kerja sama Abdullah Abdullah dengan IEC mengejutkan," kata juru bicara misi PBB Ari Gaitanis kepada AFP.
"Kami menyesalkan langkah ini, dan pada saat yang sama kami akan terus bekerja sama dengan kampanye keduanya dan komisi pemilihan umum."
Abdullah, seorang mantan pejuang perlawanan dan menteri luar negeri, yakin kecurangan menggagalkan kemenangannya pada pemilu presiden 2009, dan telah sering mengatakan bahwa hanya kecurangan-suara lah yang dapat mengggagalkan kemenangannya kali ini.
Penghitungan suara akan berlangsung berminggu-minggu, menempatkan Afghanistan ke masa ketidakpastian di saat misi tempur NATO berakhir tahun ini dan ekonomi yang tergantung pada bantuan melemah.
Hasil sementara sedianya akan diumumkan pada 2 Juli, sebelum periode keberatan resmi mulai, dan hasil akhir direncanakan pada 22 Juli.
PBB mengatakan "perlu mempelajari lebih" setelah Abdullah mengajukan gagasan pihaknya bisa memainkan peran dalam memecahkan kebuntuan, sementara IEC mengatakan penghitungan suara akan terus berlanjut sesuai jadwal.
Lebih Banyak Suara Daripada Pemilih?
Kampanye Ghani membela kandidatnya dan mengatakan tuntutan Abdullah tidak dapat dibenarkan.
"Kami menolak tuduhan terhadap tim kami, dan menganggap mereka tidak menghormati warga negara yang, meski menghadapi segala ancaman dan masalah, pergi memberikan suara mereka," kata juru bicara Ghani kepada para wartawan.
Dua kandidat maju ke pemilihan ulang sesudah menjadi yang pertama dan kedua pada pemilu yang diikuti delapan orang pada 5 April, ketika Abdullah meraih 45 persen sedangkan Ghani 31,6 persen.
Pemilihan ulang Sabtu awalnya dianggap sukses oleh para pejabat Afghanistan dan negara-negara donor internasional, meski terdapat korban tewas lebih dari 50 orang dalam berbagai serangan Taliban pada hari pemungutan suara.
IEC dengan cepat mengumumkan bahwa perkiraan kehadiran lebih dari tujuh juta pemilih -- di atas 50 persen dan serupa dengan putaran kedua -- namun angka tersebut disambut dengan agak skeptis.
"Kehadiran yang dibesar-besarkan...tidak meyakinkan kami," kata Abdullah kepada para wartawan.
Dia mengatakan di sejumlah provinsi bergolak, jumlah pemilih "tidak proposional dengan penduduk wilayah tersebut, belum lagi situasi keamanan".
Jika perselisihan memburuk, gesekan etnis menjadi sebuah keprihatinan. Dukungan Abdullah berbasis minoritas Tajik dan suku-suku bagian utara lain, sedangkan Ghani adalah seorang Pashtun -- kelompok etnis terbesar Afghanistan, yang terkuat di kubu Taliban selatan dan timur.
Sesudah pemungutan suara ditutup, Gedung Putih memuji keberanian pemilih dan mengatakan pemilu tersebut "sebuah langkah signifikan menuju jalan demokratis Afghanistan".
Sebelas pemilih di provinsi bagian barat Herat yang jari-jari mereka -- dicelupkan ke dalam tinta untuk mendaftarkan kertas suara mereka -- dipotong oleh para pemberontak.
Seluruh pasukan tempur NATO dipastikan akan mundur dari negara itu sebelum Desember, meskipun 10.000 tentara AS akan tetap tinggal sampai tahun depan.
Karzai, yang memerintah sejak jatuhnya Taliban pada 2001, secara konstitusional dilarang maju lagi untuk masa jabatan ketiga. (*)