Ratusan Hektare Sawah di Pacitan Terancam Kekeringan
Senin, 9 Juni 2014 9:43 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Ratusan hektare lahan pertanian sawah di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terancam mengalami kekeringan yang bisa menyebabkan petani mengalami kerugian akibat tanaman padi mereka mengalami gagal panen (puso).
Koresponden Antara di Pacitan, Senin melaporkan, dampak kekeringan setidaknya mulai dirasakan warga di sejumlah desa di Kecamatan Donorojo.
Puluhan hektare tanaman padi terlihat menguning kendati belum berbuah. Sebagian di antaranya bahkan telah mengering dan mati, padahal usia padi baru sekitar 2-3 bulan.
Kondisi itu membuat petani terpaksa membabat tanaman padi mereka untuk pakan ternak, dan kemudian menggantinya dengan jenis tanaman pangan lain yang lebih tahan kemarau.
"Tentu kami rugi banyak karena harus mengeluarkan ongkos tambahan jika ingin tetap mendapat suplai air dengan cara memompa air dalam tanah. Jika tidak, tanaman yang ada harus dibabat dan diganti yang lebih tahan kering," ujar Paeran, petani di Desa Donorojo, Kecamatan Donorojo.
Menurut Paeran, selain minimnya air irigasi yang tersedia, jarak dengan sumber air cukup jauh, sehingga untuk mengalirkan air ke sawah miliknya butuh biaya ekstra, yakni sewa pompa air dan membeli premium.
"Untuk sewa pompa air dan beli bensin, sekali mengairi paling tidak habis Rp50 ribu," tuturnya.
Selain di Desa Donorojo, kekeringan juga terpantau di area lahan persawahan milik petani di Desa Sekar yang berjarak kurang lima kilometer dari pusat kota Kecamatan Donorojo.
Di daerah ini, kekurangan pasokan air irigasi menyebabkan tanah mulai pecah-pecah. Kondisi hampir sama juga terlihat di area persawahan Desa Kendal, Kecamatan Punung.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Pacitan, Pamuji menjelaskan, potensi kekeringan diperkirakan akan dirasakan dihampir semua lahan pertanian di daerah tersebut.
Sesuai taksiran, lanjut dia, akan ada ratusan hektare tanaman padi terdampak kemarau. "Mungkin sekitar 500 sampai 600-an hektare," jelasnya.
Menurut Pamuji, derita yang dialami petani Pacitan pada fase MK-2 (istilah dinas pertanian untuk menyebut musim panen dalam setahun) semakin parah karena kebanyakan dari mereka menanam secara spekulatif.
"Mereka nekat menanam padi meski tahu berisiko menghadapi musim kering. Ada baiknya untuk MK2 memang ditanami palawija," kata Pamuji. (*)