Kemendikbud-Kemenag Jamin Pencairan BSM 2014 Lebih Baik
Selasa, 20 Mei 2014 17:59 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) menjamin pencairan Bantuan Siswa Miskin (BSM) 2014 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang banyak mengalami kendala teknis.
"Tahun 2013, pencairan BSM memang nggak mulus, karena ada kendala teknis terkait anggaran dari APBN yang baru terealisasi pada Juli dan APBN-P pada Oktober. Ini musibah," kata Kasubdit Kesiswaan Direktorat Pendidikan Madrasah Kemenag, Sastra Juanda, di Surabaya, Selasa.
Dalam sosialisasi "BSM 2014 Berbasis KPS (Kartu Perlindungan Sosial)" yang diadakan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), ia menjelaskan realisasi BSM 2013 yang didanai APBN hanya 93 persen, sedangkan realisasi dengan APBN-P hanya 73,21 persen.
"Jadi, ada 194.133 siswa dari kuota 2,77 juta siswa yang tidak mendapatkan BSM 2013 dengan dana APBN dan ada 822.660 siswa dari kuota 3,07 juta siswa yang tidak mendapatkan BSM 2013 dengan dana APBN-P," katanya.
Kendala teknis lainnya, pemegang KPS tidak melapor untuk mendapatkan BSM, pihak perbankan sulit membuat rekening siswa yang jumlahnya belasan juta, dan dokumen teknis dari calon penerima BSM yang tidak lengkap sesuai persyaratan yang diminta.
"Karena kuota BSM 2013 tidak terpenuhi akibat beberapa kendala teknis, maka kuota BSM 2014 menurun, yakni 819.336 siswa MI dengan nilai Rp368,7 miliar, 765.491 siswa MTs dengan nilai Rp547,1 miliar, dan 354.929 siswa MA dengan nilai Rp354,9 miliar," katanya.
Dari jumlah itu, katanya, Jatim akan mendapatkan Rp331 miliar untuk 504.485 siswa MI, MTs, dan MA. Rinciannya, setiap siswa MI akan mendapatkan Rp450 ribu pertahun, setiap siswa MTs mendapatkan Rp750 ribu pertahun, dan setiap siswa MA mendapatkan Rp1 juta pertahun.
"Insya-Allah, pencairan BSM 2014 akan lebih baik, karena anggaran APBN dan APBN-P tidak akan seperti tahun lalu, bahkan beberapa daerah sudah melakukan pencairan BSM 2014. Selain itu, kami akan memprioritaskan pemegang KPS untuk lebih objektif," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan dua pola pencairan dana BSM di Kemenag yakni dana BSM untuk madrasah negeri akan langsung dikucurkan ke rekening siswa, namun dana BSM untuk madrasah swasta melalui Kemenag setempat. "Itu karena swasta tidak memiliki DIPA," katanya.
Senada dengan itu, Tim Teknis BOS/BSM/DAK/Bansos Buku di Direktorat Pembinaan SMP Kemendikbud, Budi Priantoro, mengatakan pihaknya akan belajar dari tahun lalu yang juga mengalami kendala teknis, di antaranya kendala dari kalangan perbankan.
"Kalau tahun 2013, kami bekerja sama dengan BPD, namun akhirnya perbankan mengalami kesulitan akibat membuat jutaan rekening, maka tahun ini kami bekerja sama dengan BRI untuk membuka Rekening Virtual, sehingga harus aktif ke bank, tapi bank juga aktif mengontrol, karena kami batasi tiga bulan tanpa proses penyaluran, maka dana dikembalikan ke kas negara," katanya.
Akhirnya, meski pencapaian BSM 2013 di Kemendikbud mencapai 90 persen, namun kuota BSM 2014 juga menurun, karena tahun 2013 mencapai Rp6 triliun untuk 12 juta siswa, maka BSM 2014 hanya Rp5 triliun untuk 9,2 juta siswa.
Sementara itu, anggota Tim Pengendali Klaster 1 TNP2K, Dyah Larasati, menyatakan BSM 2014 akan diprioritaskan pada pemegang KPS, karena pemegang KPS dari kelompok keluarga miskin mencapai 15,5 juta, sehingga BSM berbasis KPS akan lebih tepat sasaran.
"Tapi, mereka belum tahu kalau KPS dapat digunakan mendapatkan BSM bagi anak-anaknya, terbukti hanya 42-48 persen BSM yang disalurkan karena menggunakan KPS, karena itu BSM 2014 akan kami prioritaskan kepada pemegang KPS," katanya.
Tentang pengawasan pemanfaatan BSM oleh siswa, ia mengatakan TNP2K sudah melakukan survei pada 6.500 rumah tangga sasaran pada 24 kabupaten/kota di enam provinsi. "Hasilnya, 80 persen paham penggunaan BSM sebagai bantuan personal, seperti beli alat tulis, seragam, perlengkapan sekolah, dan keperluan pembelajaran lainnya," katanya.
Program BSM 2014 akan menjangkau 11.2 juta anak usia sekolah dari keluarga miskin dan rentan, yakni BSM Kemdikbud sebanyak 9.191.844 siswa (SD: 6.046.921 siswa; SMP: 2.169.890 siswa; SMA: 550.000 siswa dan SMK: 425.033 siswa) dan BSM Kemenag sebanyak 1.939.756 siswa (MI: 819.336 siswa; MTs: 765.491 siswa dan MA: 354.929 siswa). (*)