Teriakan-teriakan itu lantang terdengar di setiap demonstrasi. Ratusan, bahkan ribuan buruh dari berbagai elemen "tumplek blek" menjadi satu saat menyuarkan aspirasinya. Setiap tahunnya, buruh beberapa kali turun ke jalan. Tidak hanya kawasan ring I (Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Mojokerto), namun buruh dari semua daerah di Jatim bersatu. Sasarannya satu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dengan aksi yang digelar di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya. Setiap tahun, wajib kiranya bagi kaum buruh menggelar satu hingga dua kali aksi. Bahkan, bisa lebih. Setiap 1 Mei atau yang diperingati sebagai Hari Buruh, dipastikan ada demo. Kedua, setiap jelang pembahasan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) menjelang pergantian tahun. Tentu, aksi turun ke jalan membuat produksi di sebuah perusahaan tempat para buruh bekerja terganggu. Tidak bekerja dalam jumlah massal tentu membuat pengusaha "sambat". Khusus tahun ini, "May Day" sudah ditetapkan menjadi hari libur nasional. Tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan dan mengabulkan keinginan salah satu tuntutan buruh bahwa 1 Mei menjadi hari bebas tugas bagi buruh dan berlaku mulai 2014. Hari libur bagi buruh menjadi sebuah kado istimewa. Mereka bisa konsentrasi berjuang dan menyampaikan aspirasinya ke pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan buruh, tanpa mengganggu produksi di perusahaan tempat mereka bekerja. Pada 1 Mei 2014, di Surabaya dipastikan peringatan Hari Buruh digelar oleh para buruh, khususnya yang berstatus sebagai tenaga alihsdaya (outsourcing), di dua lokasi berbeda dengan cara yang berbeda pula. Satu aksi di depan Grahadi, yakni dengan menggelar unjuk rasa disertai orasi-orasi serta membentangkan poster dan spanduk berisi sejumlah tuntutan yang intinya mengacu terhadap kesejahteraan. Satu lagi, aksi di Balai Kota Surabaya yang dikemas dengan kegiatan berbeda. Penyampaian tuntutan tidak dengan berteriak dan berorasi, namun dialog dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Tidak itu saja, di sana juga akan digelar apel peringatan Hari Buruh. Usai apel, perwakilan buruh akan menyampaikan tuntutan ke wali kota melalui jalan dialog. "Usulan-usulan dan permasalahan yang dihadapi buruh selama ini akan kami sampaikan ke Bu Risma. Sekarang sedang tahap identifikasi dan rekapitulasi apa saja yang sampai sekarang menjadi kendala buruh, khususnya buruh Surabaya," kata Ketua DPC SPSI Surabaya, Dendy Prayitno. Salah satu permasalahan buruh yang akan disampaikan ke orang nomor satu di Surabaya yakni berhentinya sejumlah perkara yang dilaporkan buruh ke aparat penegak hukum, seperti kejaksaan maupun kepolisian. "Kami sedang identifikasi kasus-kasus yang berhenti di Pemkot, Kejaksaan, dan Kepolisian. Kami ingin dialog nantinya memutuskan solusi tentang penyelesaiannya, termasuk solusi musyawarah mufakat," kata dia. Sementara aksi di Grahadi, kata Dendy, tetap dilakukan dan sudah terbagi dalam koordinasi. Wali Kota Tri Rismaharini mengakui peringatan Hari Buruh ini meningkatkan semangat kerja dan peranan tim pekerja serta menumbuhkan kebanggaan sebagai motivasi pengabdian pembangunan nasional. Namun, katanya, tetap ada satu catatan penting bahwa aksi tersebut tidak dilakukan secara anarkhis. Ia mengungkapkan bahwa Pemkot beserta pengusaha berupaya meningkatkan suasana kerja kondusif, sehingga turut berpengrauh terhadap peningkatan ketenangan dalam bekerja. Selamat Hari Buruh...!!!. (*)
Buruh Bersatu tak Bisa Dikalahkan...
Senin, 28 April 2014 11:33 WIB