Ibarat penghitungan suara dalam Pemilu 2014, Rapat Senat Universitas Negeri Surabaya bersama perwakilan Mendikbud akhirnya memilih Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unesa Prof Dr Warsono MS menjadi rektor perguruan tinggi itu untuk periode 2014-2018. Dalam rapat senat yang sempat diwarnai unjuk rasa puluhan mahasiswa menuntut penyamaan kualitas sarana dan prasarana antara Universitas Negeri Surabaya Kampus Ketintang dengan Unesa Kampus Lidah Wetan itu (23/4), anggota senat yang hadir mencapai 65 dari 67 orang. Hasilnya, Prof Warsono yang juga Pembantu Rektor III Unesa itu mendapatkan 62 suara, lalu Prof Nurhasan (Pembantu Rektor 1V) mendapatkan 35 suara, dua suara memilih Prof Yatim Riyanto (dosen Fakultas Ilmu Pendidikan), dan satu suara abstain (golput). Jadi, ada 100 suara dengan 35 suara dari Mendikbud (35 persen dari 100). Hasil "pemilu" itu membalik hasil tahap penjaringan pada awal Maret lalu bahwa Prof Nurhasan (FIK) mendapatkan 5.274 suara, Prof Warsono (Fakultas Ilmu Sosial) mendapatkan 3.592 suara, dan Prof Yatim Riyanto (Fakultas Ilmu Pendidikan) mendapatkan 1.549 suara. Bagaimana pendapat Rektor Unesa petahana Prof Dr Muchlas Samani MPd tentang hasil yang "terbalik" itu? "Itu (tahap penjaringan) tidak mewakili civitas akademika," ucapnya. Kok bisa? "Itu karena seluruh mahasiswa Unesa yang mengikuti tahapan tersebut hanya 11.200 orang. Padahal jumlah seluruh civitas akademika Unesa hampir 30.000 orang. Suara Mendikbud juga bisa diberikan kepada satu calon, tapi bisa juga dipecah menjadi dua-tiga bagian. Kita tidak tahu," kilahnya. Oleh karena itu, Guru Besar Unesa yang akan mengakhiri jabatan pada 27 Juni 2014 itu meminta seluruh sivitas akademika di Unesa tidak terjebak pada hasil "pemilu" rektor untuk periode 2014-2018 itu, karena kemajuan Unesa lebih penting daripada siapa rektor-nya. "Semuanya saudara, semuanya teman, mari kita satukan energi untuk mengembangkan Unesa, untuk kemajuan bersama, apalagi ada tiga agenda besar Unesa yang belum selesai saat saya lengser dan tiga agenda besar itu bukan tugas rektor saja," tuturnya. Pakar pendidikan yang siap kembali ke dunia akademik setelah 10 tahun menjadi pejabat struktural itu mengaku tiga agenda yang merupakan utang dirinya untuk Unesa adalah meningkatkan iklim akademik, menaikkan kelas Unesa menjadi lebih dikenal, dan membangun budaya perilaku sebagai lembaga pencetak guru. "Iklim akademik memang sudah mulai tumbuh, tapi masih 5 persen, karena aktivitas menulis belum membudaya di kalangan dosen dan mahasiswa, sedangkan untuk menaikkan kelas Unesa perlu memperluas jejaring internasional, khususnya dengan universitas asing yang fokus pada dunia pendidikan," paparnya. Hal yang juga tidak kalah pentingnya untuk Unesa yang memiliki motto "Growing with Character" adalah membangun perilaku guru. "Jadi, Unesa itu ibarat kawah candradimuka bagi pembentukan karakter guru dan akhirnya karakter bangsa juga akan terbentuk," ucap guru besar yang juga mendapat tawaran sebagai 'dosen tamu' pada sebuah universitas di AS dan Jerman itu. (*)
Muchlas Samani: Semuanya Teman untuk Kemajuan Bersama
Jumat, 25 April 2014 9:07 WIB