Balai Cagar Budaya Teliti Situs Semarum Trenggalek
Kamis, 27 Maret 2014 18:07 WIB
Trenggalek (Antara Jatim) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta meneliti Situs Semarum dan Kamulan yang diyakini sebagai petunjuk keberadaan permukiman zaman Kerajaan Kadiri pada akhir abad 11, dan menjadi cikal-bakal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Antara di Trenggalek, Kamis melaporkan, para peneliti yang berjumlah 10 orang tersebut saat ini melakukan eskavasi di dua titik lokasi di Desa Semarum yang diyakini berbentuk instalasi bangunan sumber air (water instalation reservoar) serta di Desa Kamulan berupa konstruksi pondasi yang diduga pondasi bangunan pemukiman zaman kuno.
"Riset lebih bertujuan untuk mengetahui jejak peradaban di wilayah ini, untuk selanjutnya kami rekomendasikan ke BPCB Trowulan serta pemerintah dan pihak terkait," kata Ketua Tim Peneliti dari BPCB Yogyakarta, Hari Priswanto.
Eskavasi situs semarum merupakan tahapan ketiga yang telah dilakukan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta.
Sebelumnya, penelitian dengan cara melakukan eskavasi sejumlah titik di lokasi penemuan situs konstruksi petirtan atau instalasi sumber air telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013.
Besar dan luasnya area situs yang sebagian telah tertutup pemukiman penduduk membuat proses eskavasi tidak berjalan mulus.
Pada penggalian ketiga yang dilakukan kali ini, salah satu anggota tim peneliti dari Universitas Negeri Malang, Muzakir Dwi Cahyono memastikan penelitian sudah mencapai tahap akhir dan akan disimpulkan mengenai jenis dan fungsi situs semarum pada masa pembuatannya.
Beberapa bukti petunjuk mengindikasikan bahwa susunan bata merah yang terpendam di kedalaman sekitar dua meter dan tersebar di sekitar pekarangan warga adalah sebuah petirtan atau instalasi bangunan penampungan air, ditandai dengan ditemukannya sejumlah bandul jala berbahan tembikar serta isntalasi keluaran air pada salah satu sisi bangunan kuno tersebut.
"Lubang pada salah satu sudut bangunan kuno ini diyakini sebagai outlet (keluaran) air untuk mengatur debit dalam petirtan atau segaran agar tidak meluap," kata Dwi Cahyono menjelaskan.
Jika penelitian di situs semarum telah mendekati tahap akhir dan mengarah pada kesimpulan mengenai bentuk serta fungsi bangunan, pada situs konstruksi pondasi bangunan yang ditemukan di bawah rumah salah satu penduduk di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan belum bisa diidentifikasi.
Peneliti sejauh ini masih melakukan eskavasi pada susunan bata merah yang lokasinya tak jauh dari lokasi penemuan Prasasti Kamulan pada era 1980-an.
"Temuan ini akan terus kami lanjutkan (riset/penelitiannya) untuk mengetahui apakah ada keterkaitan antara beberapa sebaran situs lain yang kami temukan di sekitar sini, termasuk keterkaitannya dengan Prasasti Kamulan yang menjadi penanda terbentuknya wilayah (kabupaten) Trenggalek pada masa kuno," papar pakar sejarah Univesitas Negeri Malang ini.
Ia sedikit mengilustrasikan bahwa berdasar beberapa bukti petunjuk sementara yang berhasil mereka kumpulkan, berbagai situs, prasasti serta fragmen benda kuno, daerah di sekitar Desa Kamulan dan Semarum dahulunya merupakan tanah pardikan atau semacam perkampungan yang mendapat status otonomi dari pemerintah Kerajaan Kadiri pada era Prabu Kertajaya atau Srengga.
Daerah Kamulan yang diyakini sebagai pusat perkampungan di lereng Gunung Wilis menjadi wilayah penyangga dalam artian politis maupun kekuatan militer Kerajaan Kadiri dalam meredam perlawanan maupun serangan Kerajaan Katong-Katong di Ponorogo. (*)