Wartawan AS Ajari Berita Lingkungan Jadi "Seksi"
Senin, 24 Maret 2014 19:43 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Wartawan senior AS Dale Wilmann dan pemimpin proyek SCP Indonesia Dr Edzard Ruehe mengajari belasan editor media di Surabaya tentang cara menjadikan isu lingkungan sebagai berita yang "seksi" (layak baca dan jual).
"Isu lingkungan hidup itu bukan soal sains, biologi, atau kimia, tapi isu yang terkait dengan cerita tentang manusia, seperti kesehatan, politik, sosial, dan sebagainya," kata Dale Wilmann dalam Diskusi-Pelatihan Editor Media di Surabaya, Senin.
Dalam Diskusi-Pelatihan tentang "Sustainable Consumption and Production Policy Support" (SCP) atau isu Produk Konsumsi Ramah Lingkungan (SCP) yang digelar AJI Surabaya, ia mencontohkan air keruh (kesehatan), asap (politik), dan kotoran hewan (sosial) sebagai isu lingkungan yang "seksi".
"Jadi, isu lingkungan itu merupakan berita yang seksi atau menarik dan marketable bila terkait dengan persoalan lokal yang ada di sekitar kita, bukan isu lingkungan yang ada di Kalimantan atau Sumatera sana," katanya yang dipandu jurnalis senior untuk isu lingkungan, Harry Suryadi.
Wartawan yang sudah 40 tahun menekuni isu lingkungan dan pernah bekerja di CNN dan BBC itu menyebut dua hambatan dalam melihat isu lingkungan secara "seksi" yakni pemahaman tentang isu lingkungan dan konflik kepentingan terkait iklan anti-lingkungan.
"Tapi, kalau kita konsisten dalam menulis isu-isu lingkungan yang bersifat lokal, tentu akan ada perusahaan yang tertarik memberi iklan, karena perusahaan sekarang ingin mendapatkan citra sebagai perusahaan hijau (ramah lingkungan)," katanya.
Senada dengan itu, pemimpin proyek SCP Indonesia Dr Edzard Ruehe menegaskan bahwa isu-isu lingkungan terkait Produk Konsumsi Ramah Lingkungan (SCP) itu meliputi empat bidang yakni makanan, transpor, bangunan, dan energi.
"Makanan itu terkait limbah, transpor itu terkait polusi yang tinggi, bangunan itu terkait desain yang tidak ramah lingkungan, dan energi itu terkait pemanfaatan teknologi seperti AC, listrik, komputer, atau lainnya yang berlebihan," katanya.
Dalam diskusi itu, para editor media mengulas masalah penyebab isu lingkungan tidak "seksi", di antaranya konflik kepentingan pemilik media (bisnis/iklan), lembaga rating (politik), tingginya biaya investigasi, dan kurangnya inovasi dalam menyoroti isu lingkungan.
Tim SCP menyebut pola hidup "hijau" harus menjadi trend, bukan karena tidak boleh hidup nyaman dengan AC, listrik, televisi, komputer, gadget terbaru, dan sebagainya, melainkan hidup hemat energi itu penting, misalnya AC cukup 22-24 derajat celsius, bukan 18 derajat celsius.
Untuk itu, Tim Proyek SCP menggagas Pola Konsumsi Hijau dan Pola Produksi Hijau melalui kebijakan yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), pemerintah daerah, industri, dan media terkait produk ramah lingkungan dan pola hidup ramah lingkungan. (*) (Foto: twitter AJI-Indonesia)