Kedubes Australia Pantau Program Kesehatan Papua
Rabu, 19 Maret 2014 10:21 WIB
Oleh Musa Abubar
Jayapura (Antara) - Sekretaris I Kerja sama Pembangunan Kesehatan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia untuk Indonesia Adrian Gilbert, Rabu pagi, bertemu dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua drg. Alyosius Giyai, M.Kes di Jayapura guna mendapatkan penjelasan mengenai program kesehatan yang tengah dilancarkan.
Gilbert dalam pertemuan tersebut menjelaskan program kerjasama bidang kesehatan yang dahulu terselenggara melalui Lembaga Bantuan Australia (Ausaid), sebelum bergabung ke Kementerian Luar Negeri Australia.
Ausaid, katanya, telah memberikan bantuan untuk penanganan HIV-AIDS di Provinsi Papua dan Papua Barat sejak 2001 melalui projek yang dikenal dengan HIV Cooperation Programm Indonesia (HCPI) dan Clinton Helath Accsess Initiative (CHAI). "Kalau sekarang ada juga program pendampingan untuk ODHA (Orang dengan HIV-AIDS),"kata Gilbert.
Program yang sudah dikerjakan, lanjut dia, antara lain pengobatan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan provinsi dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan untuk pencegahan pihaknya melakukan kerjasama dengan sejumlah pihak untuk kampanye bersama-sama dengan jaringan ODHA.
Salah seorang anggota rombongan Gilbert, Budianto dari CHAI mengatakan, program penanganan HIV-AIDS merupakan kelanjutan dari program serupa pada tahun-tahun sebelumnya dan juga ada program pencegahan penyakit seksual yang telah menjangkau hampir semua daerah di Papua hingga 2016.
Program itu, kata Budianto, dimulai dari Kota Jayapura lalu daerah-daerah di pegunungan, mengikuti jalur lalulintas orang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan drg. Aloysius Giyai mengatakan, kerjasama itu dengan berbagai program dari Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia itu, harus disosialisasikan, karena masyarakat Papua kurang memiliki akses informasi yang cukup untuk memahami program-program kesejahteraan.
Pada bagian lain dari penjelasannya, Aloyius Giyai mengatakan, karena keterbatasan akses informasi, masyarakat belum bebas dari kunkungan budaya. Misalnya, seorang warga sakit, bukan karena penyakit tetapi karena menebang pohon yang dianggap keramat.(*)