Washington, (Antara/AFP) - Amerika Serikat pada Selasa mendesak sekutu Jepang dan Korea Selatan untuk menahan diri dalam hubungan tegang mereka saat seorang senator Amerika menyalahkan Tokyo pada sengketa sejarah itu. Danny Russel, asisten menteri luar negeri untuk Asia Timur, meminta kedua negara untuk melihat model Jepang dan Amerika Serikat, yang telah mengatasi kepahitan Perang Dunia II untuk memelihara persahabatan dekat. "Kami terus menekankan perlunya kehati-hatian dan pengendalian diri, bagi semua pihak untuk mengambil langkah-langkah yang akan mempromosikan pemulihan," kata Russel mengenai Jepang dan Korea Selatan. "Semua pihak bisa berkontribusi untuk pembalikan suasana saat ini dan pembentukan kecenderungan positif," katanya kepada subkomite Senat. Mengulangi pernyataan Menteri Luar Negeri John Kerry pada kunjungan bulan lalu ke Seoul, Russel mengatakan Jepang dan Korea Utara adalah tantangan bersama, termasuk ketidakpastian atas Korea Utara yang bersenjata nuklir. Sementara Russel mengatakan sengketa sejarah tidak bisa " diselesaikan oleh satu pihak saja," ketua Senat Hubungan Luar Negeri subkomite di Asia Timur, Ben Cardin, menyalahkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe atas sengketa sejarah itu. "Retorika perdana menteri Jepang pada isu-isu ini semakin menyangkut banyak pihak," kata Cardin, anggota Partai Demokrat Presiden Barack Obama. Cardin menuduh Abe melakukan "kegiatan provokatif," merujuk bahwa pemimpin Jepang itu 26 Desember berziarah ke kuil Yasukuni yang menghormati 2,5 juta orang mati dalam perang termasuk penjahat perang yang dihukum. China dan Korea Selatan telah menuduh Jepang tidak cukup menunjukkan penyesalan atas kekejamannya di abad ke-20. Abe dikenal karena pandangan konservatifnya pada sejarah dan di masa lalu telah mempertanyakan apakah kekaisaran Jepang secara langsung dipaksa untuk apa yang disebut "wanita penghibur" menjadi rumah bordil militer. Jepang pada tahun 1993 meminta maaf kepada kaum perempuan. Pekan lalu, Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa pemerintah "ingin mempertimbangkan" menyiapkan tim verifikasi dengan para akademisi untuk memeriksa kembali akun 16 perempuan Korea yang bersaksi di hadapan permintaan maaf. Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye, yang telah menolak untuk bertemu Abe sejak dia menjabat, Sabtu mengatakan bahwa Jepang akan menghadapi "isolasi" jika pihaknya merevisi permintaan maaf. Para sejarawan terkemuka mengatakan sampai 200.000 perempuan, sebagian besar dari Korea, tetapi juga dari China, Indonesia, Filipina dan Taiwan, dipaksa untuk melayani sebagai seks budak di rumah-rumah bordil tentara Jepang, di era kelam pendudukan Jepang di negara-negara itu. (*)
AS Desak Jepang dan Korsel "Tahan Diri"
Rabu, 5 Maret 2014 8:25 WIB