Mulai tahun 2015, seluruh negara di kawasan Asia Tenggara akan memasuki era ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau kesepakatan zona perdagangan bebas. Nantinya, tidak akan ada lagi batasan bagi mobilitas dunia usaha antarnegara, karena kebijakan pembatasan dan juga pajak perdagangan akan semakin longgar. Setiap negara di ASEAN wajib membukakan pintu bagi negara tetangganya, sebab para pelaku usaha dari negara lain bisa leluasa melakukan ekspansi usaha di Indonesia, termasuk di Kota Surabaya. Sebaliknya, pengusaha dari Indonesia juga bisa membuka usaha di negara ASEAN lainnya. Nah, untuk menyambut datangnya era perdagangan bebas di ASEAN itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, meluncurkan Rumah Bahasa, Selasa (4/2/2014). Keberadaan Rumah Bahasa yang berlokasi di Gedung Balai Budaya (kompleks Balai Pemuda) ini dimaksudkan agar warga Kota Surabaya bisa menghadapi tantangan dan mengambil peluang diberlakukannya AFTA 2015. Kehadiran Rumah Bahasa memungkinkan warga Kota Surabaya dari berbagai profesi, mulai dari ibu-ibu pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) hingga sopir taksi, kini bisa belajar bahasa asing tanpa perlu mengeluarkan biaya. Diharapkan, pada tahun 2015, ibu-ibu yang selama ini berkutat dengan pembuatan produk kerajinan juga bapak-bapak yang biasanya berada di belakang setir mobil sudah bisa lancar berbahasa Inggris, bahkan bahasa Mandarin. Wali Kota Tri Rismaharini menegaskan bahwa ide membuat Rumah Bahasa sejatinya baru muncul beberapa bulan belakangan. Wali Kota tidak ingin warganya terasing dalam hal komunikasi ketika ada banyak pendatang dari negara lain yang tentu saja akan berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Apalagi, wali kota menyebut beberapa negara di ASEAN juga memacu warganya untuk belajar bahasa asing guna menyambut AFTA 2015. "Bahkan, saya dengar di Thailand, warganya diajari bahasa Indonesia. Karena itu, saya harus mengambil langkah cepat. Karena kalau tidak mengambil langkah cepat, kan kasihan warga Surabaya. Bagaimana ibu-ibu pelaku usaha ini bisa berkomunikasi kalau tidak menguasai bahasanya? Jangankan memperoleh keuntungan yang ada nanti malah tertipu," tegasnya dalam sambutannya. Respons warga Kota Surabaya terhadap keberadaan Rumah Bahasa cukup tinggi. Mereka memiliki kemauan untuk maju. Itu terlihat ketika peresmian Ruman Bahasa. Puluhan ibu-ibu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengan (UMKM) dan juga driver taksi, antusias mendengarkan materi percakapan bahasa Inggris yang disampaikan oleh para tutor. Bahkan, mereka cukup percaya diri untuk memperlihatkan kemampuan mereka berbahasa asing kepada wali kota yang meninjau langsung proses pembelajaran di Rumah Bahasa. Jenis bahasa asing yang diajarkan di Rumah Bahasa meliputi bahasa Inggris dan Mandarin yang tak menutup kemungkinan, ke depan dengan mempertimbangkan animo masyarakat, ragam bahasa asing yang diajarkan akan ditambah. "Ini akan terus berkelanjutan. Sudah banyak yang antre pengen ikut training. Yang penting, mereka tidak putus asa untuk terus belajar," sambung wali kota. Rumah Bahasa juga memiliki lima layanan, yakni klinik perdagangan dan jasa yang melayani penyediaan informasi perizinan bidang perdagangan dan industri serta fasilitasi sertifikasi produk bagi usaha kecil menengah. Klinik ini beradadi bawah Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Selanjutnya, Klinik koperasi dan UMKM di bawah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang melayani penyediaan informasi pembentukan koperasi dan pendampingan usaha bagi pedagang mikro (pedagang kaki lima). Ada pula, klinik ketenagakerjaan di bawah Dinas Tenaga Kerja yang melayani penyediaan informasi kesempatan kerja dan pelatihan ketenagakerjaan. Tak kalah pentingnya, klinik investasi yang melayani penyediaan informasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Salah satu wali kota terbaik di dunia itu menyebut tidak ada anggaran khusus untuk pelaksanaan operasional Rumah Bahasa ini, sebab mayoritas pengajar di Rumah Bahasa berstatus volunteer alias tenaga sukarela. Meski tidak mendapatkan bayaran sepeser pun, nyatanya antusiasme mereka untuk ikut menularkan ilmu dengan menjadi pengajar, sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari membeludaknya jumlah pengajar yang telah mendaftar, yakni mencapai 200 orang. "Jumlah tersebut diprediksi masih akan terus bertambah," ujar wali kota. Meskipun respons pengajar sukarela sangat tinggi, namun Pemkot tetap memberlakukan kualifikasi agar para pengajar benar-benar berkualitas. Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya Ifron Hady Susanto menyatakan pihaknya tidak ingin para tutor tersebut mengajarkan teori yang salah kepada masyarakat. Untuk itu, saat mendaftar, calon pengajar wajib mengisi formulir pemantauan kapabilitas. Calon pengajar juga melakukan simulasi singkat, sehingga mereka dapat dipantau, apakah calon pengajar tersebut benar-benar layak memberi materi atau tidak. "Dari simulasi singkat itu bisa ketahuan, mereka pernah mengajar atau belum. Jadi pendaftar untuk volunteer tidak serta-merta langsung bisa mengajar," ujarnya. Menurut pria lulusan Monash University, Melbourne, Australia ini, konsep rumah bahasa berbeda dengan tempat kursus bahasa pada umumny, yakni peserta diberikan materi bahasa asing praktis secara sederhana yang berhubungan langsung dengan profesi masing-masing. Teknisnya, para peserta terlibat percakapan dalam grup kecil yang berisi 3-4 orang, plus satu tutor. Jumlah peserta dalam satu grup sengaja dibatasi dengan harapan materi lebih cepat diserap. "Jadi di sini tidak banyak mengajarkan teori seperti di tempat kursus. Karena kalau terlalu banyak teori nanti malah membosankan, mengingat sasaran rumah bahasa ini seluruh lapisan masyarakat, utamanya para pelaku usaha, sopir taksi, pedagang serta profesi lainnya yang berhubungan dengan jasa dan perdagangan," jelas Ifron. Untuk jam operasional, Ifron menjelaskan kelas kecil di Rumah Bahasa setiap harinya akan buka mulai pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB. Rentang waktu tersebut terbagi dalam beberapa sesi dimana per sesinya berlangsung selama satu setengah jam. Khusus bahasa Mandarin hanya tersedia pada Senin dan Kamis. Hal itu seiring masih terbatasnya tenaga pengajar. Lantas bagaimana cara melakukan pendaftaran bagi yang berminat? Masyarakat bisa mendaftar dengan cara datang langsung maupun secara online, yakni dengan mengakses website www.surabaya.go.id. Di situ, warga bisa mendapat informasi sejelas-jelasnya tentang rumah bahasa, sekaligus juga bisa melakukan registrasi. Syarat pendaftaran cukup menunjukkan kartu identitas (KTP) di rumah bahasa dan seluruh peserta tidak dipungut biaya alias gratis. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, Hadi Mulyono, mengatakan keberadaan Rumah Bahasa ini akan berdampak positif pada percepatan kesiapan pelaku usaha menghadapi era AFTA tahun depan. "Ketika AFTA diberlakukan, kita tidak melihat siapa yang masuk tetapi bagaimana kesiapan kita sehingga usaha mikro lebih dini kita siapkan. Kalau soal komoditas 'kan pekerjaannya, tapi bagaimana masalah bahasa, paling tidak mereka diberi peningkatan kemampuan berbahasa, sehingga komunikasi itu nyambung. Itu yang kita lakukan di Rumah Bahasa ini," ujar Hadi. Menurut Hadi, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha, termasuk para pedagang kaki lima agar memaksimalkan keberadaan Rumah Bahasa yang memang diperuntukkan bagi semua ini. "Kita giring ke sini sehingga bisa membuka wawasan. Selain belajar bahasa, mereka juga bisa belajar melakukan transaksi secara online," jelasnya. Sementara Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser, berharap Rumah Bahasa ini bisa dimanfaatkan masyarakat Kota Pahlawan dengan sebaik-baiknya. Menurut dia, ini hanya salah satu inisiatif Pemkot dalam menghadapi AFTA. "Nah, untuk langkah lain yang sifatnya lebih lengkap dan holistik dari beberapa sektor, pemkot juga akan mengadakan workshop dengan menghadirkan narasumber dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan serta sekretariat ASEAN," jelas Fikser. Adityo Pramono, salah seorang pengemudi taksi, mengaku menyambut baik keberadaan Rumah Bahasa ini. Adityo yang mengikuti satu sesi di Rumah Bahasa mengaku sangat terbantu. Menurut dia, tujuan adanya rumah bahasa sangat baik dan berguna bagi dirinya dan rekan-rekan seprofesi. Pria 34 tahun ini mengakui sopir taksi yang mampu berbahasa Inggris masih sangat sedikit. Perbandingannya, dari 20 orang hanya satu yang menguasai bahasa Inggris. "Padahal, penguasaan bahasa asing sangat penting bagi driver seperti kami. Makanya, kami sangat menyambut baik dan mendukung sepenuhnya Rumah Bahasa ini," ujar pria asal Madiun itu. (*)
Advertorial
Surabaya Sambut AFTA 2015 dengan Rumah Bahasa
Rabu, 5 Februari 2014 17:47 WIB