Inflasi Jatim November 0,19 Persen
Senin, 2 Desember 2013 19:49 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Inflasi Jawa Timur selama November 2013 tercatat 0,19 persen disebabkan lima kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga pada bulan tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim M Sairi Hasbullah di Surabaya, Senin, menjelaskan kelompok pengeluaran itu adalah bahan perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dengan kenaikan harga 0,68 persen, diikuti kelompok makanan, minuman, rokok, dan tembakau 0,31 persen.
Selain itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,27 persen, selanjutnya kelompok kesehatan 0,19 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,06 persen.
Komoditas yang memberi sumbangan terbesar pada inflasi adalah tarif listrik, bawang merah, daging sapi, apel, kelapa, beras, rokok kretek filter, majalah dewasa, dan kue kering.
Sementara komoditas pemberi sumbangan terhadap terjadinya deflasi yakni cabai rawit, timun, daging ayam ras, cabai merah, emas perhiasan, telur ayam ras, tomat sayur, tongkol pindang, gula pasir, dan bawang putih.
"Inflasi tertinggi di Jatim terjadi di Kediri 0,42 persen, diikuti oleh Surabaya 0,25 persen, Malang 0,23 persen, serta inflasi terendah di Probolinggo 0,12 persen. Lalu, deflasi tertinggi justru terjadi di Sumenep 0,38 persen, diikuti Jember 0,23 persen, dan deflasi terendah di Madiun 0,09 persen," ujarnya.
Mengenai laju inflasi tahun kalender antara Januari 2013-November 2013, tambah dia, di Jatim mencapai 6,94 persen sedangkan laju inflasi "year on year/yoy" antara November 2013-November 2012 di provinsi ini mencapai sebesar 7,53 persen.
"Kalau dari enam ibu kota di Pulau Jawa, empat kota mengalami inflasi dan dua kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Semarang 0,42 persen dan diikuti Surabaya 0,25 persen. Lalu, Yogyakarta 0,20 persen dan inflasi terendah di Jakarta 0,14 persen," katanya.
Namun, lanjut dia, dua ibu kota provinsi di Pulau Jawa yang mengalami deflasi terjadi di Serang sebesar 0,47 persen dan di Bandung mencapai 0,24 persen. (*)