LSIN: Publik Ingin Capres Dari Tokohl Parpol
Minggu, 3 November 2013 19:06 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Hasil Survei Lembaga Survei Independen Nusantara menyebutkan publik merekomendasikan sosok atau tokoh sentral dari partai politik untuk dicalonkan menjadi calon presidenI mendatang.
"Hasil survei yang dilakukan LSIN menunjukkan bahwa masyarakat menyodorkan nama dari tokoh-tokoh sentral Parpol untuk dicapreskan," kata Direktur eksekutif LSIN, Yasin Mohammad melalui rilis yang dikirim via email ke Antara di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, selain dari tiga parpol besar yaitu Demokrat, Golkar, dan PDIP, sulit bagi publik untuk menemukan sosok Capres selain dari tokoh sentral Parpol karena memang Parpol seperti Gerindra, Hanura, PKS, PAN, PKB, PBB, Nasdem, dan PKPI masih minim figur-figur tokoh Nasional selain dari Ketua Umum atau Pendiri Parpol.
Survei Nasional Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) yang dilakukan rentang waktu 15 Agustus 2013 sampai 20 September 2013 ini melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia di tambah beberapa responden dari luar negeri dengan maksud untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin Nasional dari masing-masing partai politik.
Yasin mengatakan bahwa hasil survei Nasional LSIN menunjukkan bahwa masyarakat menyodorkan nama dari tokoh-tokoh sentral Parpol untuk dicapreskan seperti dari Partai Gerindra publik mengajukan nama Prabowo Subianto, Partai PPP muncul nama Surya Dharma Ali, pada Partai Hanura diusulkan Wiranto, Partai PKS berada pada sosok Hidayat Nur Wahid, Partai PAN masih pada diri Amin Rais, partai PKB Muhaimin Iskandar, partai PBB Yusril Ihza Mahendra, Partai Nasdem Surya Paloh dan partai PKPI Sutiyoso.
Adapun persentase elektabilitas Capres dari masing-masing parpol yakni dari Partai Gerindra meliputi Prabowo Subianto 70,7 persen, Fadlizon 1,9 persen, lainnya 1,9 persen, tidak tahu 25,6 persen. Partai Hanura meliputi Wiranto 55,5 persen, Harry Tanoe Sudibyo 11,1 persen, lainnya 0,2 persen, tidak tahu 32,9 persen.
Partai PKS meliputi Hidayat Nur Wahid 50,7 persen, Anis Matta 13,8 persen, lainnya 2,2 persen, tidak tahu 33,3 persen. Partai PAN meliputi Amin Rais 35,7 persen, Hatta Rajasa 30,8 persen, Lainnya 3 persen, tidak tahu 30,0 persen. Partai PPP meliputi Surya Dharma Ali 30,8 persen, lainnya 4,1 persen, tidak tahu 65,1 persen.
Partai PKB meliputi Muhaimin Iskandar 15,1 persen, lainnya 5,5 persen, tidak tahu 79,5 persen, Partai PBB meliputi Yusril Ihza Mahendra 41,8 persen, lainnya 6,8 persen, tidak tahu 44,5 persen. Partai Nasdem meliputi Surya Paloh 34,9 persen, lainnya 3,4 persen, tidak Tahu 61,6 persen. PKPI meliputi Sutiyoso 13,7 persen, lainnya 4,8 persen, tidak tahu 74,7 persen.
Yasin menambahkan bahwa dari sembilan Parpol tersebut empat Parpol teratas memunculkan dua tokoh Capres dan sisanya hanya sosok dari Ketum Parpol. Fenomena tersebut tidak lepas dari keberadaan Parpol yang masih selalu terpusat pada diri sosok pendiri atau ketua umum Parpol baik dalam pengambilan kebijakan internal maupun kerja-kerja politik Parpol.
"Efeknya adalah Parpol tidak bisa memunculkan sosok alternatif di mata publik untuk dijadikan Capres selain Ketum atau Pendiri Parpol," katanya.
Hal yang sama juga dilakukan bagi Parpol yang sudah mendeklarasikan Capres dengan mengembangkan wacana cawapresnya sebagaimana dilakukan Gerindra, dan PAN. Nama-nama Capres alternatif kemudian menjadi "bacakan" bagi Parpol, Parpol saling berebut tokoh demi meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.
Tokoh-tokoh seperti Jokowi, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Rhoma Irama, Dahlan Iskan, paling sering menjadi sasaran untuk diwacanakan menjadi Capres atau Cawapres.
Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Provinsi.
Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun, dengan didasarkan pada aspek gender, geografi, sosio kultural dan sosio ekonomi, dan ideologi politik responden. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan Margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh Provinsi. (*)