Seranga Mall Kenya Direncanakan Secara Cermat
Kamis, 26 September 2013 2:31 WIB
Washington (Antara/AFP) - Gerilyawan Al-Shabaab Somalia memiliki rencana matang dan menyembunyikan senjata di lokasi kejadian sebelum serangan dilaksanakan di sebuah pusat perbelanjaan Kenya, kata New York Times mengutip sejumlah pejabat AS, Rabu.
Menurut laporan itu, sekelompok gerilyawan Al-Shabaab yang berbicara bahasa Inggris menjalani pelatihan di Somalia selama beberapa pekan sebelum serangan tersebut.
Sabtu, kelompok militan itu menyerbu pusat perbelanjaan kelas atas Westgate di Nairobi dengan granat dan senapan serang serta membunuh staf dan pengunjung mall tersebut.
Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa, ketika Presiden Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.
Penyelidikan masih terus dilakukan, namun menurut pejabat-pejabat keamanan yang dikutip New York Times, serangan itu direncanakan secara cermat di Somalia.
Kelompok itu memiliki cetak biru mall tersebut dan menyembunyikan senjata mesin di salah satu toko, mungkin dengan bantuan seorang pegawai yang korup.
Beberapa militan tampaknya membawa pakaian pengganti sehingga mereka bisa melepaskan dan mengganti seragam gaya militer mereka, meninggalkan senapan mereka dan melarikan diri dengan bersembunyi diantara warga sipil yang menyelamatkan diri.
Badan-badan intelijen masih menunggu hasil uji DNA sejumlah penyerang yang ditangkap dan tewas untuk memastikan apakah mereka direkrut dari AS, Inggris dan tempat-tempat lain di luar Somalia.
Sejumlah saksi yang dikutip New York Times menyebutkan, sedikitnya dua dari penyerang adalah wanita, dan ada laporan-laporan kelompok itu mungkin dipimpin oleh militan Inggris Samantha Lewthwaite.
Lewthwaite, yang dikenal sebagai "Janda Putih", adalah seorang mualaf dan janda dari penyerang bom bunuh diri yang beraksi di London pada Juli 2005.
Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB. (*)