Bulog Siap Serap Kedelai Petani Lokal
Selasa, 10 September 2013 19:59 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur siap menyerap kedelai petanil lokal karena telah menyediakan beberapa gudang yang tersebar di Jatim dengan kapasitas mencapai 200.000 ton kedelai.
Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Rusdianto, di Surabaya, Selasa, mengatakan sesuai survei Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi kedelai Jatim tahun 2012 mencapai 361.990 ton biji kering.
"Jumlah itu turun 5.010 ton biji kering dibandingkan kinerja produksi tahun 2011 yang mencapai 367.000 ton biji kering," katanya.
Menurut ia, tingkat konsumsi kedelai masyarakat Jatim mencapai 460.000 ton hingga 491.000 ton atau sekitar 12,9 kilogram per kapita per tahun. Dengan demikian, produksi kedelai Jatim defisit sekitar 100.000 hingga 150.000 ton per tahun.
"Kekurangan tersebut biasanya dipenuhi melalui impor kedelai," ujarnya.
Rusdianto menambahkan sampai saat ini pihaknya belum menyerap kedelai dari petani. Apalagi, harga kedelai di pasar nasional masih sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibandingkan harga pokok pembelian (HPP) Bulog.
"Besaran HPP kedelai di Bulog saat ini mencapai Rp7.000 perkilogram, sedangkan di pasar perdagangan telah mencapai Rp7.500 perkilogram," katanya.
Kendati demikian, tambahnya, kini stok kedelai sudah mulai langka karena tidak sedang musim panen. Sementara, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ikut meningkatkan harga kedelai di pasarani.
"Setiap tahun, kebutuhan kedelai secara nasional sekitar 2,5 juta hingga 2,7 juta ton. Namun produksi dalam negeri antara 700.000 ton hingga 800.000 ton dan untuk memenuhi kebutuhan kedelai yang cukup besar maka pemerintah harus melakukan impor," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, dibukanya keran impor kedelai tidak serta merta langsung bisa masuk ke dalam negeri menyusul aturan izin impor baru ditandatangani akhir Agustus lalu.
"Impor kedelai masih perlu persiapan. Jika Menteri Pertanian mengatakan stok kedelai sekitar 300.000 ton, itu hanya angka statistik yang sifatnya perkiraan karena keberadaan kedelai itu menyebar di berbagai tempat," katanya. (*)