Aksi Mogok Penjual Tempe-Tahu di Surabaya Anarkis
Senin, 9 September 2013 19:09 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Aksi mogok yang dilakukan penjual tempe dan tahu di sejumlah pasar tradisional di Kota Surabaya, Senin, diwarnai aksi anarkis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Informasi yang diperoleh Antara di Surabaya menyebutan sejumlah orang berkendara motor roda dua terlihat melakukan "sweeping" di sejumlah pasar tradisional. Mereka langsung mendatangi penjual tahu dan tempe, dagangan mereka dibuang dan diinjak-injak.
Salah satu pedagang sayur keliling Edi mengaku kasihan pada penjual tahu tempe langganannya di Pasar Simo. Hal ini dikarenakan saat akan membeli tahu tempe, tiba-tiba saja ada orang datang berkendara sepeda motor menggulingkan dagangan dan menginjak-injaknya.
"Saya kasihan. Mereka kan juga kulakan. Terus kalau sudah gitu siapa nanti yang akan mengganti uang mereka. Saya juga tidak berani soalnya nanti kalau ketahuan bawa tahu tempe dagangan saya dijungkir," kata Edi yang biasa menjajakan dagangan ke beberapa perumahan di wilayah Surabaya Barat ini.
Tidak hanya Edi, lanjut dia, pengunjung di Pasar Wiyung Warni juga dibuat ketakutan oleh aksi sweeping tahu tempe. Warni, mengaku kaget saat melihat dagangan tahu pedagang diinjak-injak oleh orang-orang yang tidak diketahui dari mana asalnya.
"Mereka itu datang, naik motor lalu masuk ke pasar-pasar. Begitu melihat ada penjual tahu, gerobaknya langsung ditumpahkan, lalu tahu diinjak-injak. Tidak ada yang berani mendekat, ibu-ibu sampai menjerit dan nangis ketakutan," katanya.
Aksi anarkis ini dibenarkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro. "Saya bilang anarkis, karena yang dilakukan adalah merebut, menghancurkan, dan membuang tempe atau tahu yang siap dijual perajin. Nah ini kan melanggar norma," ujarnya.
Untuk itu, kata Widodo, mengatakan pihaknya sudah melakukan "road show" ke sejumlah sentra dan perajin tempe di Surabaya, di antaranya di kawasan Mejoyo, Sukomanunggal, Bendul Merisi kedung Mangu dan Petemon Kali.
"Kami sudah mendengar rencana mogok sejak Sabtu (7/9) bahkan surat edaran yang disampaikan Gakoptindo Pusat sudah saya baca," katanya.
Seperti diketahui surat edaran yang disampaikan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) pada sejumlah pedagang mengajak mereka mogok mulai Senin (9/9) hingga Rabu (11/9) mendatang. "Selama tiga hari, kami berhenti jualan," ujar Narto, pedagang tempe di pasar Jarak Surabaya, Senin (9/9).
Rencananya, setelah mogok produksi selesai para perajin langsung menaikkan harga produk tahu tempe sebesar 25 persen. Tak hanya mengancam mogok jualan, para pedagang juga menaikkan harga tahu dan tempe hampir dua kali lipat dari harga biasanya. Ini dilakukan pedagang, sesuai dengan seruan melalui pengumuman yang disebar di seluruh pasar Surabaya.
Menurutnya, sebelumnya, harga tahu dan tempe masih berkisar antara Rp500-Rp1000/potong. Namun, kali ini, jika kondisi masih belum pulih, bisa jadi harga dua dagangan berbahan baku kedelai itu naik sampai dua kali lipat. "Mungkin juga bisa lebih. Tergantung nanti, harga jualnya berapa?" katanya. (*)