Pemuda Madura Galang Dukungan Untuk Cagub Khofifah
Sabtu, 3 Agustus 2013 14:37 WIB
Pamekasan (Antara Jatim) - Aktivis pemuda Madura yang tergabung dalam Himpunan Generasi Muda Madura (Higemura) kini mulai menggalang dukungan guna memenangkan pasangan calon Gubernur-Cawagub Jatim Khofifah Indar Parawansa - Herman Sumawiredja pada pilkada yang dijadwalkan Agustus 2013.
Menurut Ketua Umum Himpunan Generasi Muda Madura (Higemura) Muhlis Ali, Sabtu, pihaknya membulatkan tekat mendukung pasangan Khofifah-Herman, karena duet kepemimpinan ini dinilai mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya warga di Pulau Garam, Madura.
"Ada beberapa pertimbangan mendasar mengapa Higemura mendukung kepemimpinan Khofifah-Herman ini. Selain karena tokoh nasional, ia juga merupakan mantan menteri dan mantan anggota DPR RI," kata Muhlis Ali.
Duet kepemimpinan tokoh dan wakilnya yang merupakan mantan pejabat publik (Mantan Kapolda Jatim), diyakini Higemura akan mampu membawa perubahan mendasar bagi kemajuan Jawa Timur lima tahun ke depan. Apalagi, Khofifah merupakan kader NU yang selama ini memang dikenal luas oleh Masyarakat Jawa Timur yang jumlahnya mencapai 60 persen dari jumlah total pendudukan paling timur di Pulau Jawa itu.
Menurut Muhlis Ali, gerakan menggalang dukungan terhadap Bacagub Khofifah Indar Parawansa dan Wakilnya Herman Sumawiredja itu, tidak hanya dilakukan oleh kelompok pemuda semata, akan tetapi juga bersama kalangan kiai muda di Madura.
"Sejak Bacagub Khofifah ditetapkan sebagai peserta pilkada Jatim oleh KPU pusat atas keputusan DKPP, kami langsung merapatkan barisan berkoordinasi dengan semua simpul-simpul pemuda Madura yang ada di Jawa Timur," katanya menjelaskan.
Muhlis Ali yang juga Ketua Umum Poros Pemuda Indonesia (PPI) menyatakan, komitmen Higemura mendukung bacagub Khofifah karena yang bersangkutan merupakan pasangan calon yang didzolimi secara politik dengan cara berupaya mencoret dari kontestan peserta pilkada.
Cara-cara politik seperti itu, dinilai santri asal Bangkalan tersebut, merupakan cara-cara yang kurang baik dan oleh karenanya, Higemura memandang perlu melakukan upaya untuk menciptakan suasana politik yang lebih transparan, terbuka dan proporsional.
Dari sisi pembinaan keagamaan, Bacagub Khofifah selama ini juga dikenal sebagai sosok yang proaktif menyapa masyarakat di semua kalangan, baik dari sisi kelompok akademisi, maupun pembinaan keagamaan kepada rakyat kecil, karena yang bersangkutan merupakan Ketua Umum Muslimat NU.
"Dari sisi ini, Bu Khofifah tentu sangat senafas dengan kondisi sosial masyarakat Madura yang agamis," kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) itu menjelaskan.
Menurut juru bicara kiai Muda Madura, KH. Fathurrozi Zubair, pencalonan Khofifah Indar Parawansa untuk memimpin Jawa Timur itu sejalan dengan cita-cita para pendiri NU, yaitu berpolitik dengan akhlak dan menjadikan politik sebagai alat perjuangan dan dakwah.
"Disamping itu, sebagian besar tokoh-tokoh NU memang menginginkan agar kader NU sudah saatnya memimpin Jawa Timur, bukan secagai wakil pemimpin," kata KH Fathurrozi yang juga alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Kiai muda ini juga berharap jika Ketua Umum Muslimat NU dipercaya masyarakat untuk memimpin Jawa Timur, hendaknya bisa lebih meningkatkan hubungan dengan para tokoh ulama dan memperhatikan perkembangan pendidikan di pondok pesantren yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan yang memiliki perhatian khusus pada pembinaan moralitas umat dan bangsa.
"Kami bersama Higemura memang telah mengagendakan menggelar pertemuan khusus pascalebaran ini di Surabaya untuk menguatkan dukungan dan menyamakan persepsi, serta melakukan pemetaan dukungan untuk Khofifah-Herman," pungkasnya.
Direktur Central Religion and Political Studies (Centries) Madura Sulaisi Abdurrazak menilai, kasus pencoretan yang menimpa pasangan Khofifah-Herman oleh KPU Jatim itu berpotensi menambah dukungan suara bagi pasangan itu, karena dengan adanya kasus tersebut Khofifah justru dipersepsi masyarakat sebagai pihak yang teraniaya secara politik.
Ia menuturkan, kasus politik seperti itu, pernah terjadi di Pamekasan menimpa pasangan calon bupati Achmad Syafii-Halil Asy'ari (Asri) pada Pilkada Pamekasan Januari 2013 dan pada akhirnya justru mendapatkan simpati masyarakat Madura hingga meraih kemenangan jauh dari perkiraan sejumlah lembaga survei.
"Psikologi masyarakat kita kan cenderung kasian, ketika melihat seseorang dipersepsi teraniaya. Dan kasus seperti itu juga pernah terjadi pada SBY," kata alumni Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini menjelaskan. (*)