Oleh Mohammad Nuh *) Alhamdulillah, serangkaian kegiatan persiapan implementasi Kurikulum 2013 yang antara lain pelatihan, mulai dari pelatihan instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran, telah berakhir dengan baik. Hingga menjelang tahun ajaran baru pada 15 Juli 2013 sudah sebanyak 61.074 guru yang menerima pelatihan. Jumlah itu terdiri atas 572 orang instruktur nasional, 4.740 orang guru inti, dan 55.762 guru sasaran. Hasil evaluasi sementara menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Pada pelaksanaan pelatihan instruktur nasional misalnya, menunjukkan bahwa nilai rerata yang dicapai dari "pre test" ke "post test" mengalami kenaikan cukup signifikan yakni 20,60 persen. Kenaikan tertinggi ada pada materi rasionalitas kurikulum (44,64 persen), lainnya, materi analisis materi ajar (11,05 persen), dan materi rancangan pembelajaran dan praktik (9,53 persen). Implementasi Kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran baru ini dilaksanakan secara bertahap dan terbatas yang menyasar pada 6.325 sekolah di jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK yang tersebar pada 295 kabupaten/kota di 33 provinsi, bahkan ditambah dengan lebih dari seribu sekolah yang ingin mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara mandiri. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada daerah dan sekolah yang memilih untuk mengimplementasikan secara mandiri. Tentu kemandirian yang dimaksudkan di sini bukan berarti Pemerintah lepas tanggung jawab, melainkan tetap dalam pantauan dan pengawasan serta evaluasi Kemdikbud. Berkait dengan buku. Buku pegangan guru telah sampai ke tangan para guru sasaran saat dilakukan kegiatan pelatihan. Sementara buku pegangan siswa, yang dicetak oleh beberapa percetakan pemenang tender, telah dikirim langsung ke sekolah-sekolah yang menjadi sasaran implementasi. Buku dalam file pdf pun siap cetak dengan diunggah melalui situs rumah belajar dengan alamat: www.belajar.kemdikbud.go.id. Saya memandang Kurikulum 2013 ibarat sebuah kendaraan, yang karenannya ada banyak hal yang bisa dibawa untuk bisa dilakukan perubahan (efek domino dari Kurikulum 2013). Sedikitnya ada enam perubahan yang dapat dilakukan bersamaan dengan penerapan Kurikulum 2013. Pertama, terkait dengan penataan sistem perbukuan. Lazim berlaku selama ini, peran penerbit cukup dominan, baik menyangkut isi maupun harga, sehingga beban berat dipikul peserta didik dan orang tua. Menyangkut isi, karena keterbatasan wawasan dan kepekaan para penulis, kegaduhan terhadap isi buku pun sering terjadi. Kejadian terakhir di Kabupaten Bogor pada buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD, sehingga isi dapat dikendalikan dan kualitas lebih baik, sedang harga bisa ditekan lebih wajar (public awareness). Kedua, penataan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru. Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru. Pengalaman pada pelaksanaan pelatihan instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran untuk implementasi Kurikulum 2013, misalnya, banyak pendekatan pelatihan yang harus disesuaikan, baik menyangkut materi pelatihan maupun model dan pola pelatihan. Momentum Kurikulum 2013 adalah hal yang tepat untuk melakukan penataan terhadap pola pelatihan guru termasuk penjenjangan terhadap karir guru dan kepangkatannya. Ke depan, sedang disiapkan konsep yang terintegrasi antara jenjang karir dan kepangkatan dengan penilaian profesi guru. Selama ini, keduanya terpisah. Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK). Kelima, terkait dengan memperkuat NKRI. Melalui kegiatan ekstra kurikuler kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat porsi tambahan pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya. Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat intergrasi pengetahuan-bahasa-budaya. Pada Kurikulum 2013, peran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber komptensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran-mata pelajaran lain. Kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dengan cara ini, maka pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk kebudayaan, dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini. Dari efek domino itulah, Kurikulum 2013 adalah bagian tidak terpisahkan untuk menata berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara melalui sektor pendidikan. Karena itu, Kurikulum 2013 sesungguhnya bukan kurikulum program Kementerian, tapi kurikulum yang menjadi program Pemerintah. Ya, kurikulum yang bukan hanya untuk menyiapkan dan membangun secara personal peserta didik dalam tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, melainkan kurikulum yang disiapkan untuk membangun masyarakat dan membangun peradaban, sehingga menjadi bangsa yang efektif didalam menghindari tiga penyakit sosial; yakni kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban. Ke depan, Kurikulum 2013 yang diimplementasikan pada sebagian sekolah sasaran pada tahun pelajaran 2013 ini menjadi Harapan Baru, menuju ke arah yang lebih baik dalam meningkatan kualitas dan kemajuan generasi Indonesia masa depan. Semoga. Selamat Datang Kurikulum 2013. (*). --------------- *) Penulis adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. *) Tulisan merupakan "Pointers pada Peluncuran Implementasi Kurikulum" pada 15 Juli 2013.
Harapan Baru dalam Kurikulum 2013
Minggu, 21 Juli 2013 11:44 WIB