Pacitan (Antara Jatim) - Sejumlah petani tembakau di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mulai mengkhawatirkan dampak anomali cuaca terhadap budi daya tanaman tembakau mereka, karena genangan air bisa menyebabkan gagal panen. "Kami hanya bisa berharap cuaca kembali cerah, atau setidaknya, tanaman tidak sampai rusak karena banjir," ucap Ahmad Wiyono di Pacitan, Senin. Menurut dia, petani semakin khawatir karena sebagian tanaman tembakau sudah mulai terendam air hujan. Meski baru beberapa hari, genangan air tersebut sebagian telah menyebabkan batang tembakau roboh. Akibatnya, daun tembakau biasanya cepat menguning dan batang mulai membusuk. Mengantisipasi kerugian lebih besar, sejumlah petani terpaksa melakukan panen lebih awal. "Tidak ada pilihan lain karena kami juga tidak tahu sampai kapan hujan akan reda. Apalagi kebanyakan petani di sini belum memiliki fasilitas mesin pengering jika di panen dalam kondisi basah (hujan)," timpal petani lain. Kondisi cuaca yang tidak menguntungkan tersebut diakui Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Pacitan, Bambang Supriyoko. Ia menuturkan, selain membuat jadwal panen mundur, hujan yang terus menerus turun berpotensi memicu gagal panen. "Kalau hujan masih terus turun, jadi lampu kuning," ujarnya. Dijelaskan, beberapa wilayah sentra budi daya tembakau yang akhirnya mengulur jadwal panen di antaranya adalah Kecamatan Kebonagung, Pringkuku, dan Tegalombo. Alasan pengunduran masa panen karena minimnya panas matahari. Tidak itu saja, untuk tembakau baru tanam, petani terpaksa harus menanam ulang. Luasnya sekitar lima hektare. "Ada yang 'replantation', seperti di Kecamatan Kebonagung," ungkap Bambang. Disinggung tentang membengkaknya biaya produksi jika harus melakukan penanaman ulang, Bambang mengatakan hal itu telah diperhitungkan petani, sehingga diyakini tidak akan membebani karena lebih besar dari hasil panen. Keyakinan tersebut didasari dari terjaminnya pasar. Tahun ini Dinas Hutbun menargetkan mampu memperluas lahan budidaya tembakau menjadi 75 hektare. Tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Data yang diperoleh menyebut, sejak tahun 2008, produksi tembakau belum mencapai hasil maksimal. Sebab, idealnya produksi mencapai 1 ton per hektare. Tetapi produksi rata-rata tahun 2008 baru 300 sampai 400 kilogram per hektare. Namun setahun berikutnya naik menjadi 500 kilogram sampai 600 kilogram per hektare.(*)
Petani Tembakau Pacitan Khawatirkan Anomali Cuaca
Senin, 10 Juni 2013 17:33 WIB