Sekjen PBB Serukan Upaya Internasional Guna Wujudkan "Dunia Aman Air"
Rabu, 22 Mei 2013 10:33 WIB
PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa (21/5), menyeru masyarakat internasional agar berusaha mewujudkan "dunia yang aman air" sebagai bagian dari rencana ekosistem global dalam Sasaran Pembangunan Milenium (MDG) dan agenda pasca-2015.
"Meskipun tampaknya berlimpah, hanya sejumlah kecil air di planet kita mudah didapat sebagai air segar," kata Ban dalam satu pesan yang dikeluarkan di Markas PBB oleh jurubicaranya untuk memperingati Hari Internasional bagi Keragaman Hayati --yang jatuh pada 22 Mei.
Pada Desember 2000, Sidang Majelis Umum PBB mensahkan 22 Mei sebagai Hari Internasional bagi Keragaman Hayati, untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai masalah keragaman hayati. Tema tersebut untuk tahun ini adalah Air dan Keragaman Hayati.
Saat ini, "kita hidup di dunia yang airnya makin tidak terjamin tempat tuntutan seringkali mengalahkan pasokan dan tempat kualitas air seringkali tak memenuhi standard minimum," kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Di dalam pesannya, pemimpin PBB itu menyatakan layanan keragaman hayati dan ekosistem yang disediakan adalah pusat untuk mewujudkan visi "dunia yang aman air".
Lebih khususnya, "ekosistem mempengaruhi ketersediaan lokal, regional dan global serta kualitas air", kata Sekretaris Jenderal itu.
Misalnya, "hutan membantu mengatur erosi tanah dan melindungi pasokan serta kualitas air", dan "tanah basah dapat mengurnagi resiko banjir", kata Ban. Ia menambahkan, "Keragaman hayati di tanah membantu memelihara air bagi tanaman."
Itu sebabnya mengapa Konferensi Rio+20 mengenai Pembangunan yang Berkelanjutan tahun lalu mengakui peran ekosistem dalam memelihara kualitas dan kuantitas air, katanya.
"Penyelesaian yang berlandaskan menyatu pada alam ke dalam perencanaan kota dapat membantu kita membangun masa depan air yang lebih baik buat kota besar, tempat tekanan terhadap air mungkin sangat akut sehubungan dengan langkah cepat urbanisasi," tambahnya.
Sekretaris Jenderal tersebut juga menyeru semua negara agar mensahkan Protokol Nagoya mengenai Akses ke Sumber Genetik dan "oleh karena itu membantu kita semua untuk bekerja ke arah masa depan yang kita ingini".
Protokol Nagoya tersebut disahkan oleh Konferensi Semua Pihak bagi Konvensi tentang Keragaman Hayati dalam pertemuannya yang ke-10 pada 29 Oktober 2010 di Nagoya, Jepang.
Protokol itu bertujuan berbagi manfaat yang muncul dari pemanfaatan sumber daya genetik dengan cara yang adil dan seimbang.(*)