Dinas Peternakan: Bojonegoro Tidak Butuh Daging Impor
Senin, 4 Februari 2013 22:01 WIB
Bojonegoro - Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Tukiwan Yusa menyatakan Bojonegoro tidak membutuhkan daging impor karena populasi sapi di wilayahnya mampu memenuhi kebutuhan lokal, bahkan ke luar daerah.
"Bojonegoro tidak membutuhkan daging sapi impor, sebab kebutuhan lokal bisa tercukupi dari sapi lokal," katanya, menanggapi rencana Pemerintah yang akan melakukan impor daging sapi, Senin.
Menurut dia, kebutuhan sapi di daerahnya yang jumlahnya berkisar 15-20 ekor per hari, bahkan yang dikirim keluar daerah, rata-rata sekitar 550 ekor lebih per bulan, tidak akan mengurangi populasi sapi di wilayahnya.
Ia memberikan gambaran, populasi di daerahnya jumlahnya mencapai 200.180 ekor, di antaranya sekitar 45.000 ekor atau 60 persen merupakan sapi betina, dengan tingkat kelahiran sekitar 7.300 ekor per tahun.
Mengenai harga daging sapi yang tinggi, ia menyatakan, para pedagang sapi juga pemakai tetap, harus menyesuaikan dengan harga sapi agar mekanisme pasar tetap terjaga.
Meski demikian, ia mengimbau para pedagang daging sapi agar tidak menyembelih sapi betina, sehingga populasi sapi tetap terjaga, meskipun harga sapi betina lebih murah dibandingkan harga sapi jantan.
"Bagaimanapun juga penyembelihan sapi betina tetap kami larang, kecuali dengan alasan tertentu, seperti sapi betina yang disembelih mandul," ucapnya.
Sementara itu, dua pedagang sapi di Bojonegoro, Aris dan Farida, menyatakan impor sapi sangat dibutuhkan pedagang agar harga daging sapi bisa terjangkau konsumen.
"Kami sudah kesulitan memperoleh sapi di pedagang. Biasanya saya selalu memperoleh pasokan sapi, tapi sekarang ini harus mencari sendiri dengan harga sapi yang tinggi," jelas Farida dibenarkan Aris.
Bahkan Aris mengatakan, dirinya sudah tidak lagi membeli sapi secara langsung, tapi membeli dengan cara dagingnya ditimbang untuk memilih aman, agar tidak merugi.
"Kalau pedagang menaikkan harga daging sapi menjadi Rp100 ribu per kilogram, maka pembeli akan lari," jelas Farida. (*)