Pemkab Madiun Awasi Lalu Lintas Ternak Unggas
Jumat, 11 Januari 2013 19:12 WIB
Madiun - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun, Jawa Timur, mengawasi lalu lintas ternak unggas yang masuk ke wilayahnya guna meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus flu burung di daerah setempat.
"Kami akan serius mengawasi lalu lintas ternak unggas yang ada, terutama unggas yang masuk dari luar daerah Kabupaten Madiun. Hal ini penting, karena bisa saja virus tersebut dibawa dari luar. Apalagi, hingga kini belum ada laporan flu burung di wilayah Kabupaten Madiun," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Lilin Syarifah, Jumat.
Menurut Lilin, sejumlah daerah di Kabupaten Madiun yang menjadi pintu masuk lalu lintas ternak unggas antara lain Kecamatan Kebonsari, Saradan, dan wilayah Caruban.
Dimana, Kecamatan Kebonsari biasanya menerima kiriman unggas dari wilayah Kabupaten Ponorogo dan Magetan, sedangkan wilayah Caruban serta Saradan biasa menerima kiriman unggas dari daerah Nganjuk dan Ngawi.
"Sebetulnya jumlah ternak unggas yang ada di Kabupaten Madiun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Madiun sendiri. Namun, banyak peternak dan pedagang yang mencari keuntungan dengan menjual unggasnya di wilayah Kabupaten Madiun dan Kota Madiun," terang Lilin.
Pengawasan tersebut, lanjutnya, dilakukan dengan menurunkan tim yang akan melakukan pemeriksaan di sejumlah pasar tradisional dan unggas yang ada. Tim tersebut akan melihat kesehatan unggas secara langsung.
Selain ke pasar, tim juga rutin mendatangi para peternak yang berskala besar untuk memeriksa kesehatan unggas dan kebersihan kandang.
"Kami juga mengedukasi para peternak dan warga lainnya agar selalu menjaga kebersihan kandang unggas dengan menyemprot disinfektan secara rutin agar penyebaran flu burung dapat dicegah," kata dia.
Ia menambahkan, selama tahun 2012 hingga awal tahun 2013, belum ditemukan unggas yang terserang flu burung di Kabupaten Madiun. Sedangkan, pada bulan Januari 2013 terdapat laporan tentang adanya ternak unggas yang mati mendadak. Namun, kejadian tersebut sebagian besar disebabkan oleh penyakit lain yang tidak berbahaya.
"Memang ada laporan sekitar 25 ekor ayam atau itik mati mendadak. Namun, setelah dilakukan "rapid test" flu burung, hasilnya negatif," tambahnya.
Dengan tidak ditemukannya kejadian penyebaran virus flu burung selama tahun 2012 hingga awal 2013 menjadi kemajuan tersendiri bagi Kabupaten Madiun. Sebab pada tahun 2011 lalu, dinas masih menemui kejadian ternak unggas mati mendadak karena virus flu burung.
Sedangkan selama tahun 2010, tercatat ada 3.861 ekor ayam yang mati akibat tetelo dan 15 kasus flu burung dengan jumlah kematian ayam sekitar 178 ekor.
Adapun, jumlah populasi unggas sesuai catatan Dinas Peternakan dan Perikanan setempat adalah, ayam buras mencapai 1,5 juta ekor, ayam petelur 200 ribu ekor, ayam pedaging 400 ribu ekor, dan itik mencapai 70 ribuan ekor. (*)