Situbondo (ANTARA) - KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin, merupakan salah satu putra dari pahlawan nasional KHR As'ad Syamsul Arifin, sedangkan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy adalah cucu dari Kiai As'ad (sapaan KHR As'ad Syamsul Arifin).
Kedua tokoh agama dan pengasuh pesantren besar di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, ini menjadi panutan warga masyarakat di "Kota Santri".
Sebagai tokoh, dawuh Kiai Kholil dan Kiai Azaim yang memiliki peran sentral dan mampu meluaskan dukungan bagi program pemerintah dalam kerangka nilai-nilai agama dan nasionalisme.
Dukungan kedua tokoh kharismatik itu pada program pemerintah pusat dan daerah, menjadi bagian dari kewajiban bernegara yang sah secara syariat. Salah satunya adalah pembangunan bandara militer yang mulai dibangun di Desa Wringin, Kecamatan Asembagus, di atas lahan tanah milik Pemkab Situbondo, yang telah dihibahkan kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Bandara militer yang diberi nama dari pahlawan nasional, yakni Bandara KHR As'ad Syamsul Arifin atau disingkat Bandara KASA, pada akhir tahun 2025 ini mulai dibangun oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Tidak hanya memberikan dukungan pembangunan bandara di Situbondo, Pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo, Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji, Situbondo, KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin juga memberikan tausiah mengenai keberadaan bandara untuk kemaslahatan masyarakat di daerah tersebut.
Tausiah itu disampaikan pada kegiatan pengajian dalam rangka selamatan pembangunan Bandara KASA, di lokasi pembangunan landasan pacu di kawasan Pantai Banongan, Kecamatan Asembagus, Situbondo, pada Selasa (16/12).
Kiai Kholil mengingatkan, sebagai warga negara yang baik, dirinya dan masyarakat harus memberikan dukungan atas pembangunan bandara yang merupakan program pemerintah tersebut untuk kepentingan bangsa dan negara.
Bagi dia, program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dijalankan untuk kepentingan bangsa dan negara, serta membawa manfaat bagi masyarakat, sehingga harus didukung.
"Saya sendiri malu, karena tidak bisa membantu (pembangunan Bandara Kiai As'ad). Saya hanya bisa membantu mendoakan agar pembangunan bandara ini sukses. Semoga selalu mendapatkan pertolongan Allah," tutur Kiai Kholil, di hadapan puluhan ribu orang peserta pengajian.

Tausiah senada juga dituturkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.
Kiai Azaim tidak menyangka dan tidak dapat membayangkan bahwa Bandara KASA benar-benar terwujud di Situbondo. Karena, kala itu, pahlawan nasional Kiai As'ad yang merupakan pengasuh kedua Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, pernah bertutur jika suatu saat nanti, di Situbondo akan ada bandara.
Dawuh putra KHR Syamsul Arifin (pendiri/pengasuh pertama Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo) itu disampaikan kepada beberapa orang warga di kawasan pesantrennya.
"Kami teringat tutur beberapa warga Sukorejo, bahwa almarhum Kiai As'ad pernah dawuh bahwa akan ada bandara di Situbondo, dan warga bisa berangkat haji dari Situbondo. Kami tidak pernah membayangkan bandara ini disepakati, selain bandara militer, juga untuk transportasi umum," tutur Kiai Azaim.
Sementara Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menyampaikan pembangunan Bandara Kiai As'ad tidak hanya untuk kepentingan pertahanan negara, tetapi juga dirancang multifungsi agar memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Bandara KASA yang telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan total anggaran dari pemerintah pusat sekitar Rp1,7 triliun ini, nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk penerbangan kemanusiaan, kebencanaan, hingga penerbangan sipil.
Dengan landasan pacu bandara sepanjang 2.500 meter, nantinya pesawat komersial berbadan besar, seperti Airbus, bisa mendarat di Bandara KASA.
"Pesawat berbadan besar, seperti Airbus atau pesawat Boeing, diharapkan nantinya bisa mendarat dan lepas landas di bandara yang saat ini pembangunannya sudah dalam proses," kata Bupati Rio.
Keberadaan bandara di Situbondo, diharapkan pula mampu menggerakkan perekonomian daerah, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan konektivitas dari dan ke Situbondo.
Dalam prosesnya, pemerintah juga berkomitmen pada kepedulian sosial terhadap petani dan buruh tani yang terdampak dari pengosongan lahan pembangunan bandara itu.
Kendati secara kontrak sewa lahan perkebunan, pemerintah tidak diwajibkan memberikan ganti rugi kepada warga penggarap, namun pemerintah daerah tetap memberikan uang pengganti kepada petani sebagai bentuk keadilan sosial.
Komitmen itu, seperti petani melon dan semangka yang menerima kompensasi sebesar Rp100 juta per hektare, petani tebu sebesar Rp25 juta per hektare, serta petani padi dan jagung sebesar Rp10 juta per hektare.
Selain itu, sebanyak 1.004 orang buruh tani yang bekerja di lahan tersebut juga mendapatkan kompensasi, masing-masing buruh tani menerima satu ekor sapi dan sepasang domba untuk kemudian dikembangbiakkan oleh mereka.
Pemberian kompensasi ini merupakan wujud kepedulian negara terhadap masyarakat yang terdampak secara ekonomi atas pembangunan Bandara KASA.
Mengenai status lahan, Pemkab Situbondo menghibahkan lahan seluas 306 hektare di Perkebunan Banongan, Kecamatan Asembagus, kepada Kementerian Pertahanan untuk mendukung kegiatan pertahanan negara, termasuk pembangunan bandara.
Bentuk kesepakatan ini terwujud dengan saling menghibahkan. Pemda menghibahkan lahan 306 hektare dan Kementerian Pertahanan memberikan kompensasi hibah lahan seluas 350 hektare di kawasan objek Wisata Bahari Pasir Putih, Situbondo.
Pembangunan Bandara KASA Situbondo di era kepemimpinan Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo dan Wakil Bupati Ulfiyah ini menjadi tonggak sejarah baru.
Selain terwujudnya pembangunan bandara, pemkab juga mendapatkan restu dan dukungan dari dua kiai karismatik Situbondo, yang merupakan putra dan cucu dari pahlawan nasional KHR As'ad Syamsul Arifin.
Pemberian nama Bandara KASA tersebut juga merupakan bentuk penghormatan negara atas jasa dan perjuangan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu bagi bangsa dan negara.
