Magetan (ANTARA) - Pemberdayaan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (PM BEM) Universitas PGRI Madiun (Unipma) Berdampak 2025 mengaktifkan kembali Pasar Tradisional Dewi Sri, di Desa Simbatan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur guna mendorong kegiatan ekonomi kreatif warga setempat.
Ketua tim PM BEM Berdampak Unipma Endang Sri Maruti di Magetan, Minggu mengatakan pasar rakyat dengan konsep tempo dulu yang berada di kawasan Cagar Budaya Petirtaan Dewi Sri tersebut, pertama kali digagas pada tahun 2022 dan vakum sejak tahun 2023.
"Pasar ini sebelumnya mati suri. Kami berusaha menghidupkannya kembali setelah program pengabdian selama empat bulan. Semoga pasar ini eksis sebagai salah satu sentra ekonomi kreatif warga di sini," ujar Endang usai peluncuran Pasar Ahad Dewi Sri yang menjual aneka jajajan dan kuliner tradisional khas nusantara.
Menurutnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan program yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Ketua Kelompok Sadar wisata (Pokdarwis) Simbatan Andri Mukti Wibowo menyatakan apresiasinya terhadap program pengabdian masyarakat berdampak karena merasa terbantu mengaktifkan kembali pasar rakyat yang telah dua tahun vakum.
"Kita senang pasar ini aktif kembali. Semoga berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat Simbatan. Kami juga berharap semua pihak dapat mempromosikan pasar tradisional ini," kata Andri Mukti.
Demikian juga sejumlah pedagang yang menjual jajanan tradisional mengaku kembali bersemangat untuk menyuguhkan produknya kepada pengunjung di tengah gempuran jajanan modern.
"Ini juga sebagai upaya kami untuk melestarikan kue khas nusantara di tengah banyaknya kuliner dan jajanan modern," kata Risma Ramadani salah satu pedagang Pasar Dewi Sri.
Selain mengaktifkan kembali pasar tradisional, PM BEM Berdampak Unipma 2025 juga memberikan pendampingan inovasi terhadap perajin batik ciprat yang merupakan produk unggulan Desa Simbatan, dan menjadi ikon Batik Kabupaten Magetan.
Perajin Batik Ciprat tersebut mendapatkan alat bantu pencampur warna untuk menciptakan warna alami yang presisi serta pendampingan manajemen pemasaran untuk menembus pasar nasional maupun ekspor.
