Surabaya (ANTARA) - Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP 17 Agustus 1945 (SMPTAG) Surabaya Ida Nursanti S.Pd mengingatkan bahwa banjir tidak akan berhenti selama kerusakan hutan terus terjadi akibat penebangan yang tidak terkendali.
“Banyak yang mengira banjir hanya karena curah hujan tinggi, padahal persoalannya jauh lebih kompleks. Tanah kehilangan kemampuan menyerap air ketika hutan rusak dan siklus air terganggu," katanya di Surabaya, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa dalam ilmu alam, hutan berfungsi sebagai sistem penyerap dan pengatur air. Akar pohon bekerja layaknya spons yang menahan tanah dan menjaga kestabilan air di dalamnya.
“Ketika pohon ditebang, hilang pula kekuatan akar yang menjaga keseimbangan air. Air hujan akhirnya tidak meresap, tetapi langsung mengalir ke sungai yang sudah penuh sedimentasi,” ujarnya.
Ida juga menegaskan bahwa alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit memperparah kerusakan ekosistem.
“Akar kelapa sawit adalah akar serabut yang tidak mampu menyimpan air seperti pohon hutan. Sawit menyerap air tetapi tidak menyimpannya, sehingga tanah lebih cepat tergerus,” katanya.
Menurut dia, hilangnya hutan turut menyebabkan satwa kehilangan habitat hingga masuk ke permukiman warga.
"Ketika hutan hilang, hewan tidak punya rumah. Konflik antara manusia dan satwa liar semakin sering terjadi,” ujarnya.
Sebagai pendidik, Ida merasakan tantangan mengajarkan ekologi hutan di lingkungan perkotaan seperti Surabaya.
"Keterbatasan ruang membuat pembelajaran praktis tentang ekosistem hutan sulit dilakukan. Karena itu saya menekankan kebiasaan sederhana seperti menghemat kertas, mengurangi tisu, dan memahami jejak ekologis setiap barang,” katanya.
Ia mendorong generasi muda memulai langkah kecil dari rumah, seperti memilah sampah, tidak membuang sampah ke selokan, menghemat air, dan merawat tanaman.
“Lingkungan tidak menuntut tindakan besar, hanya konsistensi,” ujarnya.
Ida berharap pemerintah dan masyarakat lebih serius menjaga kelestarian hutan.
“Penebangan liar harus ditindak tegas. Keputusan alih fungsi lahan harus berdasarkan kajian ilmiah, bukan sekadar pertimbangan ekonomi,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kerusakan hutan hari ini akan menjadi beban berat bagi generasi mendatang.
