Surabaya (ANTARA) - Awal November 2025, saya mendapat kiriman buku dari kolega, sekaligus Kepala Biro ANTARA Jatim, Rachmad Hidayat. Dari lima buku yang dikirimkan, dua buku berjudul "Lima Windu ANTARA" dan "80 Tahun ANTARA" sangat menarik perhatian karena mengupas sejarah, kiprah, dan transformasi LKBN ANTARA yang didirikan 13 Desember 1937.
Hal menarik dari kedua buku tersebut adalah keberadaan dan peran heroik ANTARA bagi republik ini, di saat lembaga pers lain belum lahir. Banyak serpihan kutipan dan arsip dalam kedua buku tersebut yang menunjukkan ANTARA sebagai embrio pers nasional. Lembaga ini menyiarkan dan menyuarakan berbagai aktivitas dengan informasi penting ke dalam dan luar negeri.
Dalam perjalanan sejarah bangsa, informasi bukan sekadar kabar, melainkan senjata perjuangan. Di tengah penjajahan, ketika berita dikendalikan kantor berita kolonial Aneta, sekelompok jurnalis muda Indonesia mendirikan LKBN ANTARA di Batavia. Adam Malik Batubara, Soemanang Soerjowinoto, Albert Sipahoetar, dan Pandoe Kartawigoena, adalah para pendirinya.
Tujuan mereka sederhana, namun berani, yaitu menandingi hegemoni berita penjajah dengan narasi yang berpihak pada bangsa sendiri. Penyiaran berita oleh anak bangsa saat itu merupakan tindakan politik berisiko tinggi. Dari ruang redaksi sederhana, mereka menulis dan menyiarkan berita dengan semangat kebangsaan yang melampaui zaman di saat berusia 20 tahunan.
Kini, setelah 88 tahun berdiri dan berkiprah, sudah selayaknya arsip, mulai dari pendirian, eksistensi, hingga transformasi LKBN ANTARA diakui sebagai bagian dari memori kolektif bangsa (MKB).
ANTARA adalah pelaku dan saksi sejarah sejak pra-kemerdekaan Republik Indonesia. Beberapa peran heroik ANTARA terjadi pada 17 Agustus 1945, ketika Adam Malik menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan.
Berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia disiarkan beberapa jam setelah dibacakan Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur. Abdul Wahab Saleh dari ANTARA melakukan peliputan dan pemotretan peristiwa heroik perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya, 19 September 1945. Dalam konteks kearsipan, tindakan itu bukan sekadar kerja jurnalistik, tetapi penciptaan arsip autentik bangsa.
Dokumen hidup yang menandai lahirnya Indonesia merdeka tersebut menjadi bukti nyata perjuangan di ruang redaksi. Dari keempat pendiri ANTARA, Adam Malik Batubara adalah satu-satunya yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Tahun 1998. Kiprahnya di ANTARA menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya terjadi di medan perang, tetapi juga di ruang redaksi.
Berdasarkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program Registrasi Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa, arsip ANTARA dapat diregistrasi dalam program MKB. Kriteria penting yang harus dipenuhi, mencakup beberapa unsur, yakni keaslian, signifikansi nasional, keunikan, dan nilai universal. Arsip siaran proklamasi dan dokumen redaksi merupakan sumber primer yang tak tergantikan.
Arsip ANTARA menjadi bukti nyata perjuangan bangsa di bidang kedaulatan informasi dan komunikasi. ANTARA adalah satu-satunya kantor berita nasional yang lahir dari perlawanan terhadap kolonialisme. Arsip perjuangan ANTARA sejalan dengan semangat kebebasan pers, demokrasi, dan kemerdekaan informasi di tingkat dunia.
Dengan empat nilai tersebut, arsip ANTARA tidak hanya layak masuk MKB, tetapi juga berpotensi diusulkan ke Memory of the world committee for Asia and the Pacific (MOWCAP). Bahkan, seperti beberapa arsip nasional lainnya yang telah diakui UNESCO, setelah melalui tahapan teregistrasi MKB, sejumlah arsip ANTARA yang disimpan dan dikelola dengan baik berpotensi besar diajukan sebagai warisan dokumenter MKB.
Arsip Pendirian LKBN ANTARA tahun 1937, termasuk akta pendirian, korespondensi pendiri, dan catatan organisasi redaksi layak diusulkan. Arsip Siaran Masa Pendudukan Jepang 1942 hingga 1945 menjadi bukti transformasi ANTARA menjadi Yashima, namun tetap menjalankan fungsi penyiaran nasional secara terselubung. Arsip Siaran Proklamasi 1945, termasuk teks, telegram, dan catatan distribusi berita ke luar negeri sangat penting.
Arsip foto dan liputan Perjuangan 1945 hingga 1949 atau sesudahnya merupakan karya jurnalis ANTARA yang mendokumentasikan perjuangan diplomasi dan pertempuran rakyat. Arsip transformasi kelembagaan mencatat perjalanan ANTARA dari kantor berita perjuangan menjadi institusi resmi negara. Arsip-arsip ini memiliki nilai autentik, historis, dan strategis karena merekam perjalanan lahirnya Indonesia modern melalui kekuatan komunikasi.
Berdasarkan data Arsip Nasional RI, saat ini terdapat 38 arsip periode pra-kemerdekaan hingga masa kemerdekaan, tercatat dalam Register MKB. Sebanyak 16 arsip juga diakui UNESCO dan 5 arsip dan naskah diakui melalui MOWCAP. Beberapa arsip dari lembaga yang telah teregistrasi dalam MKB, antara lain Arsip PT Garam Sumenep 1924 hingga 1961.
Arsip Penjarangan Kerbau Liar Taman Nasional Baluran 1984 hingga 1997, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia 1893 hingga 1982 di Pasuruan, dan Arsip Pabrik Semen Pertama di Indonesia 1910 hingga 1972, juga tercatat. Arsip Konferensi Asia Afrika 1955 yang menandai diplomasi perdamaian global telah diakui MOWCAP tahun 2015.
Dari sekian banyak arsip yang teregistrasi dalam MKB, belum ada arsip pergerakan informasi atau pers nasional yang tercatat di dalamnya. Padahal tanpa berita dan penyiaran yang independen, semangat kemerdekaan sulit menyebar secara luas. Di sinilah posisi ANTARA menjadi penting untuk melengkapi mosaik memori kolektif bangsa.
Pengusulan arsip ANTARA ke dalam Register MKB bukan sekadar penghargaan simbolik, melainkan memiliki urgensi strategis. Langkah ini bertujuan melindungi arsip bersejarah dari kerusakan dan kehilangan, mendorong riset sejarah komunikasi nasional, meneguhkan identitas ANTARA sebagai bagian dari sejarah kedaulatan informasi. Langkah ini juga meningkatkan posisi Indonesia dalam diplomasi budaya dokumenter dunia.
Proses pengusulan dapat dilakukan secara mandiri oleh LKBN ANTARA atau melalui join nominasi dengan lembaga, perorangan atau komunitas yang menguasai arsip, sesuai ruang lingkup dan konteks yang akan diregistrasikan. ANTARA dapat berkolaborasi dengan komunitas kearsipan nasional dan Masyarakat Sejarawan Indonesia. Kolaborasi ini merupakan bagian penting penguatan pengusulan sejalan dengan semangat Memory of the World UNESCO.
Untuk menuju ke memori kolektif bangsa, ANTARA perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi arsip serta klasifikasi berdasarkan nilai sejarah dan autentisitas. Digitalisasi arsip ANTARA dan penyusunan narasi kuratorial untuk menghubungkan arsip dengan konteks peristiwa nasional menjadi tahapan penting. Tahapan terakhir adalah pendaftaran ke Program MKB ANRI, dengan narasi tematik yang kuat dan komprehensif.
Menjaga arsip berarti menjaga denyut moral bangsa karena arsip-arsip LKBN ANTARA bukan sekadar catatan media, melainkan rekaman perjuangan intelektual dan moral bangsa. Rekaman perjuangan tersebut dilakukan melalui kekuatan kata dan berita yang disebarkan kepada masyarakat luas. Sudah saatnya arsip ANTARA memperoleh tempat terhormat dalam Register Memori Kolektif Bangsa, sebagai pengakuan atas peran pentingnya.
Pengakuan tersebut menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya diukir dengan bambu runcing, tetapi juga dengan pena dan mesin ketik. Arsip ANTARA adalah warisan dokumenter yang harus dilestarikan, diakses, dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik serta generasi mendatang. Perjuangan di ruang redaksi sama pentingnya dengan perjuangan di medan pertempuran fisik.
*) Tidor Arif T Djati adalah pemerhati kearsipan dan Ketua Asosiasi Arsiparis Indonesia Wilayah Jawa Timur
