Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menyebutkan luas tanam komoditas tembakau di wilayah setempat mengalami penyusutan pada musim tanam 2025 akibat kondisi musim kemarau basah.
Kepala Bidang Perkebunan Dispertan Kabupaten Madiun Imron Rosidi di Madiun, Jumat, mengatakan pada sentra utama di wilayah Kecamatan Pilangkenceng, luas tanam tembakau pada tahun 2025 ini hanya 122 hektare, menurun dari musim tanam tahun 2024 seluas 140 hektare.
"Kondisi ini disebabkan karena sebagian petani memilih beralih menanam jagung untuk menghindari risiko gagal panen," ujar Imron.
Menurut dia, daya resap air di wilayah dataran rendah seperti Pilangkenceng dan Balerejo relatif buruk sehingga tanaman tembakau rentan rusak.
"Berbeda dengan lahan di lereng Gunung Wilis, seperti Kare dan sekitarnya, karena kondisi tanah lebih cepat menyerap air," katanya.
Selain lahan yang menyusut, harga jual daun tembakau rajangan juga menurun karena kualitas tembakau yang turun.
Sesuai data, harga jual tembakau rajangan milik petani di Desa Ngale Kecamatan Pilangkenceng, turun dari Rp48 ribu menjadi Rp45 ribu per kilogram.
"Untuk daun kualitas terbaik saat ini hanya bisa laku sekitar Rp47 ribu per kilogram. Padahal biasanya bisa tembus Rp50 ribu per kilogram. Turunnya harga karena kualitas daun berkurang akibat hujan yang tidak menentu," katanya.
Ia menjelaskan secara umum, Kabupaten Madiun memiliki dua jenis tembakau andalan yang ditanam, yakni Srumpung Rajangan di wilayah dataran rendah seperti Pilangkenceng dan Balerejo serta Kasturi yang ditanam di kawasan pegunungan mulai Kare, Dagangan, hingga Saradan.
Dua varietas tersebut selama bertahun-tahun menjadi komoditas unggulan petani tembakau lokal, meski kondisi cuaca kerap mempengaruhi kualitas dan harga di tingkat pasar.
Sesuai data, total lahan tanam tembakau di Kabupaten Madiun pada tahun 2024 mencapai 280 hektare. Luas tanam tembakau itu terus bertambah sejak 2021 yang awalnya hanya 65 hektare.
Peningkatan luas lahan tembakau tersebut, karena beberapa faktor, di antaranya kemudahan pemasaran dan keuntungan yang menjanjikan sehingga minat petani untuk menanam juga tinggi.
Adapun area tanam tembakau yang mencapai 280 hektare tersebut di tahun 2024 tersebar di sejumlah daerah, di antaranya di Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, Saradan, Gemarang, Kare dan Dagangan.
Kini tercatat lahan tanam itu surut karena petani menghindari rugi akibat hujan yang masih sering terjadi saat musim kemarau.
Editor : Astrid Faidlatul Habibah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025