Bojonegoro - Sekitar 6.773 hektare tanaman padi di Bojonegoro, Jatim, terancam gagal panen, akibat mengalami kekeringan tidak memperoleh pasokan air. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti, Minggu, mengatakan, areal tanaman padi yang mengalami kekeringan itu berada di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, Kepohbaru, Baureno dan Sumberrejo. Tanaman padi itu, lanjutnya, masih membutuhkan air, karena usianya baru berkisar 40-45 hari, sehingga kalau tidak mendapatkan air terancam gagal panen. "Kecuali tanaman padi itu mendapatkan air hujan, kemungkinan bisa tertolong dengan produksi yang menurun dibandingkan dalam kondisi normal," ujarnya. Ia menjelaskan, tanaman padi seluas 6.773 hektare tersebut, sebagian besar masuk daerah irigasi Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Hanya saja, katanya, areal tanaman padi itu, tidak bisa mendapatkan pasokan air Waduk Pacal, karena lokasinya terlalu jauh dari jaringan irigasi. "Air Waduk Pacal, tidak mampu manjangkau areal tanaman padi tersebut, karena di sepanjang daerah irigasinya, disedot dengan pompa air, yang juga untuk mengairi tanaman padi," katanya. Ia menjelaskan, pada musim tanam (MT) I lalu, tanaman padi yang memperoleh izin mendapatkan air irigasi Waduk Pacal luasnya hanya 4.575 hektare dari sawah baku seluas 16.000 hektare lebih. "Para petani yang tidak memperoleh izin seharusnya menanam palawija, bukan padi," katanya menjelaskan. Kenyataannya, para petani tetap menanam padi, baik yang masuk irigasi Waduk Pacal maupun yang berada di luar irigasi, karena ketika awal tanam, masih turun hujan, sehingga luas tanaman padi MT I meningkat tajam menjadi 22 ribu hektare. "Tapi, tanaman padi di luar yang mengalami kekeringan bisa panen, sebab sudah tidak membutuhkan air lagi," katanya. Ia mengemukakan, adanya tanaman padi yang mengalami kekeringan tersebut, tidak mengancam target produksi tanaman padi pada tahun ini, yang ditetapkan seluas 110 ribu hektare. "Target tanaman padi masih aman, sebab pada musim hujan lalu areal terpanen luasnya mencapai 70 ribu hektare lebih," katanya, menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012