Surabaya - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, memiliki doktor yang ahli di bidang dinamika tanah. "Di Indonesia, penelitian tentang ini masih minim, padahal tanah residual menjadi salah satu indikator sebuah proyek pembangunan," kata ahli geoteknik ITS Dr Mohammad Muntaha ST MT di kampus setempat, Senin. Ia mengemukakan hal itu saat mempertahankan disertasi berjudul "Karakteristik Statik dan Dinamik Tanah Residual Tidak Terganggu (Undisturbed Residual Soils) Akibat Pengaruh Siklus Pembasahan-Pengeringan" di Ruang Sidang Jurusan Teknik Sipil ITS. "Saya meneliti karakteristik tanah residual di Mojokerto, Malang, dan Jember," katanya di depan ketua promotor Dr Ir Ria Asih Aryani Soemitro MEng, serta dua co-promotor yakni Prof Ir Noor Endah MSc PhD dan Prof Dr Ir Indarto DEA. Selain itu, di depan tim penguji (Prof Ir Masyhur Irsyam MSE PhD, Dr Widya Utama DEA, dan Ir Ananta Sigit Sidharta MSc PhD), ia menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan kadar lempung (tanah liat) di Mojokerto lebih tinggi daripada di Malang dan Jember. Menurut dia, minimnya pengetahuan tentang tanah residual di Indonesia akan berdampak pada pembangunan proyek yang tidak sempurna. "Bila cermat, suatu proyek pembangunan akan didesain dengan menurunkan kuat geser hingga 10 persen, sehingga proyek akan sempurna," katanya. Hal itu, katanya, karena struktur tanah akan berubah pada kondisi musim yang berbeda. "Itu salah satu penyebab bangunan menjadi rusak saat pergantian musim," kata pria berusia 38 tahun itu. Untuk itu, perlu disiasati dengan menurunkan kuat gesernya. "Karena itu, diperlukan pembukaan area tanah residual guna pembangunan sebuah proyek. Dengan membukanya kita akan mengetahui bagaimana karakteristik struktur tanahnya," katanya. Ia mengatakan tanah residual biasanya berada di daerah bukit atau pegunungan. "Hasil penelitian menunjukkan kadar lempung (tanah residual) di Mojokerto lebih tinggi sehingga lebih mengembang," katanya. Dalam penelitian itu, ia memadukan penelitian lapangan dan laboratorium. Pada penelitian lapangan, ia melakukan pengambilan uji sampel, sedangkan untuk penelitian laboratorium, ia melakukan instalasi dan kalibrasi elemen. "Dalam hal ini, saya melakukan pengujian yang bersifat fisik dan dinamik untuk mengetahui perubahan perilaku tanah terhadap siklus ulang pembasahan dan pengeringan," kata lulusan Teknik Sipil ITS itu. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012