Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro (Unigoro) Ir. Darsan, M.Agr., mengungkapkan penyebab turunnya harga tembakau di Bojonegoro, Jawa Timur, yang disebabkan masuknya musim sehingga kandungan nikotin dari tumbuhan dari genus Nicotiana itu luntur.
"Harga komoditas tembakau Bojonegoro menurun di awal musim hujan. Saat daun tembakau terkena hujan, otomatis kandungan nikotin akan turun dan luntur ke tanah," kata Darsan di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat.
Darsan menyatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun, saat ini harga tembakau rajangan berkisar Rp18 Ribu per kilogram sampai Rp23 Ribu per kilogram. Padahal beberapa bulan lalu harga tembakau rajangan mencapai Rp48 Ribu per kilogram.
Akibat hujan tersebut, lanjut Darsan, daun tembakau tidak memiliki warna kuning keemasan seperti saat kemarau.
"Hal tersebut membuat pabrik tidak menghendaki tembakau dengan kualitas seperti itu. Pabrik lebih suka tembakau dengan kadar nikotin atau klelet yang tinggi seperti saat kemarau," terang Darsan.
Menurutnya, dengan kondisi tersebut seharusnya bisa menjadi perhatian para petani tembakau dengan menanam lebih awal agar harga tetap bagus dan tinggi. Selain itu, petani juga perlu memperhitungkan harga pasar pascapanen.
"Jika petani hanya sekedar ikut-ikutan menanam, maka mereka tidak bisa mendapatkan kualitas tembakau yang terbaik," jelasnya.
Ditambahkan Darsan, selama musim hujan, gudang atau pabrik akan membatasi pembelian tembakau lembaran dan rajangan dari petani.
Menurutnya, para petani mulai banyak menanam tembakau pada saat harga sedang tinggi. Tembakau itu, dijual ke sejumlah pabrik khususnya untuk jenis Virginia dalam bentuk rajangan dan jenis Jawa dari Kecamatan Sugihwaras biasa dijual dalam bentuk lembaran masih hijau.
"Sekarang ini sudah tidak ideal lagi untuk menanam tembakau," imbuhnya.
Darsan menyarankan, awal musim hujan cocok dimanfaatkan para petani di Bojonegoro untuk menanam sejumlah komoditas lain seperti labu, palawija, dan padi. Pengamat pertanian asal Kecamatan Kalitidu ini menganjurkan petani padi untuk segera menanam lebih awal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Harga komoditas tembakau Bojonegoro menurun di awal musim hujan. Saat daun tembakau terkena hujan, otomatis kandungan nikotin akan turun dan luntur ke tanah," kata Darsan di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat.
Darsan menyatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun, saat ini harga tembakau rajangan berkisar Rp18 Ribu per kilogram sampai Rp23 Ribu per kilogram. Padahal beberapa bulan lalu harga tembakau rajangan mencapai Rp48 Ribu per kilogram.
Akibat hujan tersebut, lanjut Darsan, daun tembakau tidak memiliki warna kuning keemasan seperti saat kemarau.
"Hal tersebut membuat pabrik tidak menghendaki tembakau dengan kualitas seperti itu. Pabrik lebih suka tembakau dengan kadar nikotin atau klelet yang tinggi seperti saat kemarau," terang Darsan.
Menurutnya, dengan kondisi tersebut seharusnya bisa menjadi perhatian para petani tembakau dengan menanam lebih awal agar harga tetap bagus dan tinggi. Selain itu, petani juga perlu memperhitungkan harga pasar pascapanen.
"Jika petani hanya sekedar ikut-ikutan menanam, maka mereka tidak bisa mendapatkan kualitas tembakau yang terbaik," jelasnya.
Ditambahkan Darsan, selama musim hujan, gudang atau pabrik akan membatasi pembelian tembakau lembaran dan rajangan dari petani.
Menurutnya, para petani mulai banyak menanam tembakau pada saat harga sedang tinggi. Tembakau itu, dijual ke sejumlah pabrik khususnya untuk jenis Virginia dalam bentuk rajangan dan jenis Jawa dari Kecamatan Sugihwaras biasa dijual dalam bentuk lembaran masih hijau.
"Sekarang ini sudah tidak ideal lagi untuk menanam tembakau," imbuhnya.
Darsan menyarankan, awal musim hujan cocok dimanfaatkan para petani di Bojonegoro untuk menanam sejumlah komoditas lain seperti labu, palawija, dan padi. Pengamat pertanian asal Kecamatan Kalitidu ini menganjurkan petani padi untuk segera menanam lebih awal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024