Sivitas akademika Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga menggandeng Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) menciptakan inovasi konservasi penyu berupa alat Save Ari-Ari dengan bentuk boks (Sari Box).
Baca juga: Pengamat Unair sebut ajang AFF U-19 bangkitkan ekonomi UMKM
Untuk itu Sari Box hadir sebagai terapi bagi tukik yang membutuhkan perawatan khusus, mempercepat proses absorbsi kuning telur dari luar ke dalam abdomen.
“Sari Box merupakan alat terapi mempercepat proses absorbsi kuning telur dari luar tubuh tukik agar masuk ke dalam abdomen,” katanya.
KPS PPDH FIKKIA itu menuturkan waktu awal pengembangan ide berbarengan dengan Intan Box. Namun penyempurnaan prototipe alat terapi yolk retention memerlukan waktu cukup panjang.
Proses inisiasi dan pengembangan alat Sari Box berlangsung oleh tim Banyuwangi Sea Turtle Foundation. Sedangkan tim Kedokteran Hewan FIKKIA melaksanakan proses pengecekan dan menjalankan fungsi kerja berjalan optimal.
"Lewat kolaborasi ini, Sari Box telah mendapatkan formulasi yang tepat agar dapat bekerja maksimal. Kini produksi sebuah SARI BOX dapat dilakukan hanya 1 hingga 2 minggu saja," tuturnya.
Orientasi kerjanya berbeda dengan Intan Box yang mengatur kelembapan dan suhu optimal untuk penetasan. Dalam absorbsi kuning telur, SARI BOX hanya mengutamakan parameter kelembaban dengan suhu ruang normal.
Sistem kerja Sari Box adalah memberikan pengaturan kelembapan melalui semburan butiran air laut menjadi spray fog.
“Parameter kelembaban optimal Sari Box adalah di atas 90 persen dengan suhu ruang biasa,” tuturnya.
Dalam masa mendatang kolaborasi FIKKIA Unair bersama BSTF adalah implementasi Intan Box dan Sari Box untuk komunitas pegiat konservasi penyu. Hal tersebut akan menjadi pengabdian masyarakat bersama menyelamatkan satwa laut terancam punah itu.
*)Untuk informasi lebih lanjut terkait Unair, bisa mengunjungi laman https://www.unair.ac.id/
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Kasus retensi kuning telur (yolk retention) sering terjadi pada tukik yang menetas dalam sarang alami maupun semi alami," kata Dosen Kedokteran Hewan FIKKIA Aditya Yudhana dalam keterangan di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan kuning telur yang tak terserap sempurna membuat kecacatan saat tukik berenang. Mereka tidak dapat dilepasliarkan secara alami karena ketahanan diri yang rendah.
Baca juga: Pengamat Unair sebut ajang AFF U-19 bangkitkan ekonomi UMKM
Untuk itu Sari Box hadir sebagai terapi bagi tukik yang membutuhkan perawatan khusus, mempercepat proses absorbsi kuning telur dari luar ke dalam abdomen.
“Sari Box merupakan alat terapi mempercepat proses absorbsi kuning telur dari luar tubuh tukik agar masuk ke dalam abdomen,” katanya.
KPS PPDH FIKKIA itu menuturkan waktu awal pengembangan ide berbarengan dengan Intan Box. Namun penyempurnaan prototipe alat terapi yolk retention memerlukan waktu cukup panjang.
Proses inisiasi dan pengembangan alat Sari Box berlangsung oleh tim Banyuwangi Sea Turtle Foundation. Sedangkan tim Kedokteran Hewan FIKKIA melaksanakan proses pengecekan dan menjalankan fungsi kerja berjalan optimal.
"Lewat kolaborasi ini, Sari Box telah mendapatkan formulasi yang tepat agar dapat bekerja maksimal. Kini produksi sebuah SARI BOX dapat dilakukan hanya 1 hingga 2 minggu saja," tuturnya.
Orientasi kerjanya berbeda dengan Intan Box yang mengatur kelembapan dan suhu optimal untuk penetasan. Dalam absorbsi kuning telur, SARI BOX hanya mengutamakan parameter kelembaban dengan suhu ruang normal.
Sistem kerja Sari Box adalah memberikan pengaturan kelembapan melalui semburan butiran air laut menjadi spray fog.
“Parameter kelembaban optimal Sari Box adalah di atas 90 persen dengan suhu ruang biasa,” tuturnya.
Dalam masa mendatang kolaborasi FIKKIA Unair bersama BSTF adalah implementasi Intan Box dan Sari Box untuk komunitas pegiat konservasi penyu. Hal tersebut akan menjadi pengabdian masyarakat bersama menyelamatkan satwa laut terancam punah itu.
*)Untuk informasi lebih lanjut terkait Unair, bisa mengunjungi laman https://www.unair.ac.id/
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024