Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa program One Pesantren One Product (OPOP) terbukti mampu memperkuat perekonomian di lingkungan pesantren.
Ia mengatakan, berkat keberadaan OPOP hingga November 2023 tercatat jumlah "santripreneur" di Jatim telah melampaui target capaian 2024.
"Target 2024 itu terdapat 1.000 wirausahawan santri dan santriwati. Tapi kemarin bulan Juli sudah 1.000 santri, dan sekarang sudah 1.400-an. Ini artinya target 2024 sudah terlampaui di 2023 ini," katanya dalam keterangan pers di Surabaya, Kamis.
Dirinya terus memompa semangat santri dan santriwati untuk bisa menjadi pengusaha-pengusaha sukses. Utamanya, dengan memaksimalkan potensi yang ada di sekitar pesantren baik di internal maupun eksternal.
Menurut dia, untuk di internal pesantren saja jika santrinya lebih dari 1.000 maka kebutuhan logistik dari santri juga banyak.
"Dari seluruh kebutuhan-kebutuhan santri jika kemudian terkonsolidasikan dengan pesantren terdekat ada gudang yang mumpuni pasti proses distribusi internal antar-pesantren itu luar biasa," ucapnya dalam kegiatan Jambore OPOP.
Kemudian, lanjut Khofifah, dari sisi eksternal, banyak sekali pesantren yang memiliki daya dukung alam dan lingkungan yang memungkinkan untuk ditumbuhkembangkan lebih dahsyat.
Kekuatan alam Jatim, kata dia, sangat memungkinkan bisa dilakukan proses hilirisasi dengan pasar yang luar biasa. Ia pun menyebut bahwa telah banyak produk-produk asli pesantren yang telah merambah pasar internasional.
"Daun talas misalnya, sekarang sudah diekspor ke Jepang dan Australia dengan jumlah cukup besar yang asalnya dari Kabupaten Nganjuk. Bahkan ada juga dari Kabupaten Jombang," katanya.
Kemudian, kata dia, daun kelor dari Sumenep juga sudah diekspor ke Jerman dan sudah beragam hilirisasinya. "Jadi ada yang dalam bentuk kapsul, ada pula yang cair, dan lain sebagainya," tutur dia.
Di sisi lain, Gubernur Khofifah juga mengingatkan tentang communal branding salah satunya peningkatan kualitas yang telah berjalan pada produk kopi di beberapa daerah di Jatim ini patut menjadi percontohan untuk varian produk lainnya.
"Jenisnya varian produknya luar biasa. Dengan sering melakukan temu produk, temu pikiran, temu harapan dan temu cita-cita, Insya Allah One Pesantren One Product ini akan ketemu format yang lebih produktif lagi ke depan," katanya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim Andromeda Qomariyah menyampaikan, tujuan kegiatan Jambore OPOP ini adalah sebagai unjuk sharing keberhasilan pengembangan usaha pesantren, santri dan alumni pondok pesantren serta mengembangkan kemandirian pesantren melalui peningkatan kompetensi.
"Adapun tujuan utama dari Jambore OPOP adalah untuk memberikan inspirasi kepada peserta OPOP melalui benchmarking dan best practice serta para peserta juga dapat meningkatkan fungsi pemberdayaan ekonomi melalui program EKO-TREN," kata Andromeda.
Ia mengatakan, berkat keberadaan OPOP hingga November 2023 tercatat jumlah "santripreneur" di Jatim telah melampaui target capaian 2024.
"Target 2024 itu terdapat 1.000 wirausahawan santri dan santriwati. Tapi kemarin bulan Juli sudah 1.000 santri, dan sekarang sudah 1.400-an. Ini artinya target 2024 sudah terlampaui di 2023 ini," katanya dalam keterangan pers di Surabaya, Kamis.
Dirinya terus memompa semangat santri dan santriwati untuk bisa menjadi pengusaha-pengusaha sukses. Utamanya, dengan memaksimalkan potensi yang ada di sekitar pesantren baik di internal maupun eksternal.
Menurut dia, untuk di internal pesantren saja jika santrinya lebih dari 1.000 maka kebutuhan logistik dari santri juga banyak.
"Dari seluruh kebutuhan-kebutuhan santri jika kemudian terkonsolidasikan dengan pesantren terdekat ada gudang yang mumpuni pasti proses distribusi internal antar-pesantren itu luar biasa," ucapnya dalam kegiatan Jambore OPOP.
Kemudian, lanjut Khofifah, dari sisi eksternal, banyak sekali pesantren yang memiliki daya dukung alam dan lingkungan yang memungkinkan untuk ditumbuhkembangkan lebih dahsyat.
Kekuatan alam Jatim, kata dia, sangat memungkinkan bisa dilakukan proses hilirisasi dengan pasar yang luar biasa. Ia pun menyebut bahwa telah banyak produk-produk asli pesantren yang telah merambah pasar internasional.
"Daun talas misalnya, sekarang sudah diekspor ke Jepang dan Australia dengan jumlah cukup besar yang asalnya dari Kabupaten Nganjuk. Bahkan ada juga dari Kabupaten Jombang," katanya.
Kemudian, kata dia, daun kelor dari Sumenep juga sudah diekspor ke Jerman dan sudah beragam hilirisasinya. "Jadi ada yang dalam bentuk kapsul, ada pula yang cair, dan lain sebagainya," tutur dia.
Di sisi lain, Gubernur Khofifah juga mengingatkan tentang communal branding salah satunya peningkatan kualitas yang telah berjalan pada produk kopi di beberapa daerah di Jatim ini patut menjadi percontohan untuk varian produk lainnya.
"Jenisnya varian produknya luar biasa. Dengan sering melakukan temu produk, temu pikiran, temu harapan dan temu cita-cita, Insya Allah One Pesantren One Product ini akan ketemu format yang lebih produktif lagi ke depan," katanya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim Andromeda Qomariyah menyampaikan, tujuan kegiatan Jambore OPOP ini adalah sebagai unjuk sharing keberhasilan pengembangan usaha pesantren, santri dan alumni pondok pesantren serta mengembangkan kemandirian pesantren melalui peningkatan kompetensi.
"Adapun tujuan utama dari Jambore OPOP adalah untuk memberikan inspirasi kepada peserta OPOP melalui benchmarking dan best practice serta para peserta juga dapat meningkatkan fungsi pemberdayaan ekonomi melalui program EKO-TREN," kata Andromeda.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023