Menteri Perdagangan periode 2016-2019 Enggartiasto Lukita mengajak para mahasiswa untuk memanfaatkan peluang perdagangan dengan negara lain yang saat ini semakin terbuka.

Saat menghadiri peringatan Dies Natalis ke-16 Universitas Ma Chung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam, Enggartiasto mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki sejumlah kesepakatan perdagangan dengan berbagai negara yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang besar.

"Dalam era keterbukaan seperti saat ini, harus bisa memanfaatkan peluang. Bukan hanya memasukkan barang (impor), tapi juga peluang ekspor," katanya.

Enggartiasto menjelaskan, pemerintah Indonesia saat ini sudah membuka diri dengan begitu banyak menyelesaikan sejumlah perjanjian perdagangan dengan berbagai negara di dunia. Peluang tersebut, harus bisa dimanfaatkan oleh generasi muda.

Menurutnya, sebagian besar perjanjian perdagangan tersebut juga telah dilakukan ratifikasi, yang diharapkan bisa segera disosialisasikan kepada masyarakat terutama generasi muda, agar bisa mencari peluang untuk membantu kinerja ekspor Indonesia.

"Kita sudah membuka diri, begitu banyak perjanjian perdagangan dengan sejumlah negara. Itu sebagian besar sudah diratifikasi, dan ini seharusnya disosialisasikan dan dimanfaatkan peluang itu," katanya.

Ia menambahkan, pada era keterbukaan dan perkembangan teknologi seperti saat ini, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi terkait potensi perdagangan yang telah dimiliki Indonesia dengan sejumlah negara.

Saat ini, lanjutnya, dunia telah berubah dengan adanya teknologi informasi yang berkembang serta kemudahan yang ditawarkan oleh Artificial Intelligent (AI) untuk sektor digital ekonomi. Kemudahan itu, memberikan sejumlah tantangan untuk industri dalam negeri.

Ia mencontohkan, salah satu sektor yang kini semakin terbuka dengan adanya percepatan digital ekonomi adalah terkait dengan perdagangan barang. Masuknya barang-barang dari luar negeri semakin mudah, yang bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri dalam negeri.

"Karena tidak dibatasi, itu mengalir begitu pesat, yakni impor barang dari luar negeri tanpa batas. Itu merupakan dampak keterbukaan. Di satu sisi, memang peluang bagi mereka yang modalnya terbatas, namun itu mengganggu industri dalam negeri," katanya.

Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, para pelaku usaha kecil bisa memanfaatkan peluang yang ada, namun bagi industri di dalam negeri, harus menjadi titik awal untuk berbenah. Daya saing produk dalam negeri harus ditingkatkan agar bisa menembus pasar ekspor,

"Di satu sisi, ini merupakan peluang bagi mereka yang terbatas modalnya. Tetapi di sisi lain itu merusak dan mengganggu industri dalam negeri. Dalam kondisi ini sebenarnya yang harus disikapi adalah, kita harus berbenah di dalam negeri," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Enggartiasto berpesan kepada para mahasiswa Universitas Ma Chung dan perguruan tinggi yang ada untuk mampu menjawab tantangan ke depan dengan berbagai perubahan yang ada.

"Saya ingin menyampaikan kepada mahasiswa, juga masukan ke perguruan tinggi, bahwa harus berubah. Di tengah perubahan itu, pasti ada persoalan dan kendala, tapi ada peluang," katanya.

Di tengah perubahan besar tersebut, menurut Enggar, dunia pendidikan juga diharapkan mampu berpikir kreatif dan memunculkan berbagai inovasi. Selain itu, dunia pendidikan harus memberikan pendidikan moral yang baik dan sesuai kebutuhan saat ini.

"Yang dibutuhkan sebenarnya dalam pendidikan itu adalah berfikir kreatif. Pendidikan itu juga harus memberikan pendidikan moral yang baik dan sesuai dengan kebutuhan masa kini," ucap mantan menteri yang saat ini berusia 71 tahun itu.

Sebagai informasi, saat ini, pemerintah Indonesia juga tengah melakukan perundingan kerja sama perdagangan dengan 11 negara dan kawasan. Sejumlah perundingan itu yakni, dengan Bangladesh, Jepang (perubahan) dan European Union (EU).

Kemudian, Kanada, Eurasian Economic Union (EAEU), Turki, Tunisia, Mauritika, Maroko, Pakistan (Trade in Goods Agreement (TIGA) dan Mercosur yang beranggotakan Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023