Sumenep - Sekitar 2.000 hektare lahan yang ditanami tembakau oleh petani di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, gagal panen akibat kekeringan atau kesulitan air. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep, Arief Rusdi, Jumat, menjelaskan, sesuai laporan dari stafnya, luas lahan yang ditanami tembakau oleh petani setempat pada tahun ini sekitar 19.000 hektare. "Dari 19.000 hektare itu, sekitar 2.000 hektare lahan tembakau dipastikan gagal panen, karena tembakaunya mati akibat kesulitan air atau kekeringan," katanya di Sumenep. Dari sekitar 17.000 hektare lahan tersebut, tembakau di lahan sekitar 15.000 hektare sudah dipanen oleh petani. "Estimasi produksi tembakau di lahan 15 ribu hektare yang sudah dipanen itu sebanyak 8.000 ton lebih. Sementara estimasi produksi tembakau dari lahan sekitar 2.000 hektare yang belum dipanen tersebut sekitar 1.000 ton lebih," ujarnya, menerangkan. Ia mengatakan, produksi sementara tembakau yang dihasilkan petani di Sumenep sudah terserap oleh perwakilan pabrik rokok di wilayah tersebut sekitar 5.300 ton. "Sementara sisanya dijual oleh petani Sumenep ke perwakilan pabrik rokok yang ada di Pamekasan atau terserap di Pamekasan," ucapnya. Luas lahan yang ditanami tembakau oleh petani di Sumenep masih di bawah proyeksi ideal. "Hasil rapat bersama di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, lahan tanam tembakau di Sumenep pada tahun ini diproyeksikan seluas 22.333 hektare," paparnya. Arief Rusdi menduga petani di Sumenep masih mengendalikan diri untuk menanam tembakau sebanyaknya pada tahun ini karena masih trauma dengan kondisi cuaca pada 2010 lalu. "Alhamdulillah, kondisi cuaca pada tahun ini sejak akhir Mei hingga sekarang ternyata mendukung (tidak ada hujan)," katanya, mengungkapkan. Di Sumenep, lahan yang dinilai cocok ditanami tembakau tersebar di 17 kecamatan, semuanya di wilayah daratan. Pada kemarau 2010 lalu, wilayah Sumenep kerap diguyur hujan deras dan mengakibatkan banyak tembakau yang ditanam petani setempat mati akibat akarnya membusuk.

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011