Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memetakan daerah-daerah rawan terdampak bencana hidrometeorologi untuk meminimalkan kerusakan serta mencegah jatuhnya korban jiwa.
"Kami telah instruksikan ke jaringan relawan siaga bencana dan ke desa-desa tangguh bencana untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama daerah-daerah yang berpotensi terdampak banjir dan tanah longsor," kata Sekretaris BPBD Trenggalek Tri Puspita Sari di Trenggalek, Rabu.
Selain menyiapkan tenda-tenda pengungsian dan perlengkapan dapur umum, pihaknya juga telah memerintahkan ke desatana untuk menyiapkan jalur evakuasi.
BPBD Trenggalek juga sudah menyiapkan surat status siaga hidrometeorologi yang disebar ke seluruh jajaran pemerintah desa/kelurahan.
"Kami juga aktif berkoordinasi dengan tim reaksi cepat di setiap kecamatan hingga membentuk desatana dan PENA atau Sekolah Peduli Bencana. BPBD Trenggalek juga minta bantuan sarana dan prasarana hidrometeorologi ke BPBD Provinsi Jatim," imbuhnya.
Dalam dokumen rancangan penanggulangan bencana alam, ada beberapa daerah dari 152 desa dan lima kelurahan berisiko tinggi terhadap ancaman bencana tanah longsor maupun banjir.
Rinciannya, ada sebanyak 44 desa potensi longsor dengan tingkat ancaman tinggi dan 55 desa potensi banjir dengan ancaman tinggi.
Untuk ancaman potensi bencana longsor, Kecamatan Pule mendominasi dengan jumlah 10 desa.
“Karena kecamatan itu berada di dataran tinggi jadi potensi terjadinya tanah longsor saat diguyur hujan deras juga sebanding. Kemudian disusul Kecamatan Bendungan sebanyak delapan desa. Kecamatan Panggul ada lima desa, kalau yang lainnya antara dua sampai tiga desa,” jelasnya.
Sementara dalam pemetaan potensi bencana banjir, Kecamatan Gandusari dan Panggul mendominasi dengan jumlah sembilan desa.
Desa Ngrayung di Kecamatan Gandusari, misalnya, daerah itu kerap menjadi langganan banjir saat diguyur hujan cukup lama.
Bahkan pasar tradisional setempat kerap tak difungsikan karena terendam air saat terjadi banjir.
Atas dasar itu pula, masyarakat diimbau untuk waspada dampak bencana hidrometeorologi seperti potensi banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022