Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengimbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah karena sebaran abu vulkanik erupsi Gunung Raung telah mengguyur sejumlah wilayah setempat dan dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr. Widji Lestariono mengemukakan bahwa abu vulkanik gunung api membawa berbagai material yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Oleh karena itu, masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah, dan kalaupun terpaksa harus mengenakan masker dan penutup wajah," katanya di Banyuwangi, Senin.
Ia menjelaskan abu vulkanik mengandung sejumlah partikel, di antaranya silika, kalium, natrium, besi, serta nikel. Secara kasar, abu vulkanik itu seperti abu semen, berupa batuan kecil dan halus yang terlempar ke atas saat terjadi erupsi gunung api.
"Material ini jika terpapar ke tubuh manusia bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), sakit tenggorokan, iritasi mata, hingga luka pada kornea," ujar Rio sapaan akrabnya.
Menurut Rio, abu vulkanik terbentuk dari material berupa potongan kecil batuan bergigi, mineral, dan kaca vulkanik. Ketika gas-gas dalam ruang magma mulai menyebar, gas-gas tersebut akan mendorong magma yang terdiri dari silika dan gas keluar dari perut gunung berapi.
Ketika terjadi ledakan atau letusan, lanjut Rio, magma yang keluar di udara akan mendingin dan membeku, menjadi batuan vulkanik dan pecahan kaca.
"Inilah yang berbahaya, kalau masuk ke mata kita dan mengenai kornea, bisa menimbulkan luka goresan di kornea. Ini bisa menyebabkan penglihatan kabur," ucapnya.
Bahaya lainnya, katanya, gangguan pernafasan atau ISPA. Karena menghirup abu vulkanik dapat merusak kesehatan manusia, karena aerosol berbahaya dan gas beracun yang membentuk abu dapat mengiritasi paru-paru.
Gejala pernapasan (jangka pendek) yang dirasakan adalah hidung beringus, sakit tenggorokan/batuk, sesak napas, hingga asma bisa kambuh.
"ISPA ini yang biasanya banyak ditemui saat terjadi erupsi gunung, bila mengalami sesak nafas, segera ke layanan kesehatan terdekat. Agar segera mendapat pertolongan awal," tuturnya.
Sejak Kamis, 21 Januari 2021 Gunung Raung mengalami erupsi, dan status gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, itu naik satu level dari normal (level I) menjadi waspada (level II).
Sementara itu, berdasar pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, sebaran abu vulkanik jika dilihat dari prakiraan sebaran abu vulkanik yaitu VAAC (volcanic ash advisory center) Darwin, tinggi abu vulkanik Gunung Raung pada Senin pagi (8/2) mencapai 18.000 kaki atau 6 kilometer dari permukaan laut.
"Sebaran abu vulkanik diprakirakan mengarah ke sejumlah kecamatan di Banyuwangi, seperti Songgon, Licin, Kalipuro, Giri, hingga Banyuwangi kota. Kami menghimbau agar masyarakat memakai masker dan pelindung mata jika beraktivitas di luar rumah," kata prakirawan pada BKMG Banyuwangi, Ibnu Haryo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr. Widji Lestariono mengemukakan bahwa abu vulkanik gunung api membawa berbagai material yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Oleh karena itu, masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah, dan kalaupun terpaksa harus mengenakan masker dan penutup wajah," katanya di Banyuwangi, Senin.
Ia menjelaskan abu vulkanik mengandung sejumlah partikel, di antaranya silika, kalium, natrium, besi, serta nikel. Secara kasar, abu vulkanik itu seperti abu semen, berupa batuan kecil dan halus yang terlempar ke atas saat terjadi erupsi gunung api.
"Material ini jika terpapar ke tubuh manusia bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), sakit tenggorokan, iritasi mata, hingga luka pada kornea," ujar Rio sapaan akrabnya.
Menurut Rio, abu vulkanik terbentuk dari material berupa potongan kecil batuan bergigi, mineral, dan kaca vulkanik. Ketika gas-gas dalam ruang magma mulai menyebar, gas-gas tersebut akan mendorong magma yang terdiri dari silika dan gas keluar dari perut gunung berapi.
Ketika terjadi ledakan atau letusan, lanjut Rio, magma yang keluar di udara akan mendingin dan membeku, menjadi batuan vulkanik dan pecahan kaca.
"Inilah yang berbahaya, kalau masuk ke mata kita dan mengenai kornea, bisa menimbulkan luka goresan di kornea. Ini bisa menyebabkan penglihatan kabur," ucapnya.
Bahaya lainnya, katanya, gangguan pernafasan atau ISPA. Karena menghirup abu vulkanik dapat merusak kesehatan manusia, karena aerosol berbahaya dan gas beracun yang membentuk abu dapat mengiritasi paru-paru.
Gejala pernapasan (jangka pendek) yang dirasakan adalah hidung beringus, sakit tenggorokan/batuk, sesak napas, hingga asma bisa kambuh.
"ISPA ini yang biasanya banyak ditemui saat terjadi erupsi gunung, bila mengalami sesak nafas, segera ke layanan kesehatan terdekat. Agar segera mendapat pertolongan awal," tuturnya.
Sejak Kamis, 21 Januari 2021 Gunung Raung mengalami erupsi, dan status gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, itu naik satu level dari normal (level I) menjadi waspada (level II).
Sementara itu, berdasar pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, sebaran abu vulkanik jika dilihat dari prakiraan sebaran abu vulkanik yaitu VAAC (volcanic ash advisory center) Darwin, tinggi abu vulkanik Gunung Raung pada Senin pagi (8/2) mencapai 18.000 kaki atau 6 kilometer dari permukaan laut.
"Sebaran abu vulkanik diprakirakan mengarah ke sejumlah kecamatan di Banyuwangi, seperti Songgon, Licin, Kalipuro, Giri, hingga Banyuwangi kota. Kami menghimbau agar masyarakat memakai masker dan pelindung mata jika beraktivitas di luar rumah," kata prakirawan pada BKMG Banyuwangi, Ibnu Haryo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021