Jombang (Antaranews Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur nonaktif Saifullah Yusuf mengungkapkan sosok Nyai Aisyah Hamid Baidlowi, merupakan salah satu pejuang perempuan yang ikut mendorong keseteraan gender di legislatif dan ruang publik.
"Beliau tokoh penggerak kaum perempuan. Pernah jadi anggota DPR RI yang berjuang melahirkan UU kesetaraan gender," katanya saat menghadiri pemakaman Nyai Aisyah di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jumat.
UU kesetaraan gender itu yang sekarang jadi sesuatu yang memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk berkiprah lebih banyak, tambahnya.
Ia merasa kehilangan Nyai Aisyah. Bagi dirinya, almarhumah adalah inspirasi, pejuang perempuan. Selain itu, almarhumah juga merupakan sosok yang bisa diterima semua kalangan, sosok yang rajin untuk silaturahmi.
"Bersilaturahmi ke berbagai kalangan ulama, tokoh agama, sehingga beliau bisa diterima semua pihak. Beliua adalah ketua muslimat pada zamannya yang bisa diterima semua kalangan. Semoga segala amalnya, dosanya diampuni. Hal baik peninggalan alamarhum bisa diteruskan pejuang perempuan masa kini," kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Gus Ipul mengaku, bertemu terakhir kali dengan almarhumah sekitar Desember 2017. Saat itu, ia hanya bersapa tentang kabar dan tidak secara khusus meminta doa restu untuk maju ikut Pilkada Jatim 2018.
Pemakaman Nyai Aisyah berjalan dengan kyusuk. Awalnya, jenazah ditempatkan di Masjid PP Tebuireng, Kabupaten Jombang, setelah sebelumnya diangkut lewat jalur udara dari Jakarta. Jenazah lalu dibawa ke PP Madrasatul Quran Tebuireng, yang lokasinya berseberangan dengan PP Tebuireng, Jombang.
Di PP Madrasatul Quran Tebuireng, jenazah dishalatkan terlebih dahulu. Ada ribuan santri dan warga yang ikut menshalatkan almarhumah. Dhuriyah dari almarhumah juga berkumpul di sekitar makam, sambil menunggu jenazah diberangkatkan untuk dimakamkan.
Sejumlah pejabat juga ikut hadir saat pemakaman adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid tersebut, misalnya Gus Ipul, Khofifah Indar Parawansa, dan sejumlah pejabat lainnya. Mereka ikut prosesi pemakaman dari awal hingga selesai.
Saat proses pemakaman, keluarga sangat sedih. Mereka meneteskan air mata, karena kepergian almarhumah. Bahkan, ada anggota keluarga yang pingsan karena terlalu sedih. Namun, proses pemakaman tetap berjalan dengan lancar. Lantunan doa serta selawat selalu dikumandangkan saat prosesi pemakaman.
Setelah pemakaman selesai, para ibu-ibu yang merupakan dhuriyah atau keluarga serta sejumlah tamu mengadakan tahlil di lokasi makam. Mereka kirim doa.
Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi adalah putri kedua dari KH Wahid Hasyim. Ia adalah adik kandung mantan Presiden Gus Dur dan kakak dari KH Salahuddin Wahid, KH Umar Wahid, Nyai Lily Chodijah Wahid, dan KH Hasyim Wahid. Perempuan dengan segudang prestasi dan pengabdian ini wafat di usia 78 tahun.
Almarhumah merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 1995-2000. Beliau wafat pada Kamis (8/3) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.50 WIB. Saat ini, jenazah masih disemayamkan di rumah duka, Jalan Bukit Pratama Raya A.9 Pasar Jumat, Lebak Bulus.
Selain mengemban jabatan Ketua Umum PP Muslimat NU, Nyai Aisyah juga pernah menduduki Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) 1990-1995, Anggota DPR RI tiga periode (1997-2009), Pengurus Dewan Pimpinan MUI (1995-2000), Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah (2000-2010), dan Ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (1999-2013).
Almarhumah wafat dalam usia 78 tahun. Sebelum wafat, Nyai Aisyah sempat mengeluh sesak nafas. Ia akhirnya dirawat di rumah sakit tersebut sejak Minggu (4/3). Almarhumah meninggalkan lima orang anak dan 15 cucu.
Semasa hidupnya, ia juga sangat aktif berorganisasi. Jenazah sempat disemayamkan di Perum Bukit Pratama Blok A No. 9, Lebak Bulus Jakarta Selatan, lalu diangkut dengan pesawat terbang untuk dimakamkan di Kabupaten Jombang. (*)
Video Oleh Asmaul Chusna
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Beliau tokoh penggerak kaum perempuan. Pernah jadi anggota DPR RI yang berjuang melahirkan UU kesetaraan gender," katanya saat menghadiri pemakaman Nyai Aisyah di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jumat.
UU kesetaraan gender itu yang sekarang jadi sesuatu yang memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk berkiprah lebih banyak, tambahnya.
Ia merasa kehilangan Nyai Aisyah. Bagi dirinya, almarhumah adalah inspirasi, pejuang perempuan. Selain itu, almarhumah juga merupakan sosok yang bisa diterima semua kalangan, sosok yang rajin untuk silaturahmi.
"Bersilaturahmi ke berbagai kalangan ulama, tokoh agama, sehingga beliau bisa diterima semua pihak. Beliua adalah ketua muslimat pada zamannya yang bisa diterima semua kalangan. Semoga segala amalnya, dosanya diampuni. Hal baik peninggalan alamarhum bisa diteruskan pejuang perempuan masa kini," kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf.
Gus Ipul mengaku, bertemu terakhir kali dengan almarhumah sekitar Desember 2017. Saat itu, ia hanya bersapa tentang kabar dan tidak secara khusus meminta doa restu untuk maju ikut Pilkada Jatim 2018.
Pemakaman Nyai Aisyah berjalan dengan kyusuk. Awalnya, jenazah ditempatkan di Masjid PP Tebuireng, Kabupaten Jombang, setelah sebelumnya diangkut lewat jalur udara dari Jakarta. Jenazah lalu dibawa ke PP Madrasatul Quran Tebuireng, yang lokasinya berseberangan dengan PP Tebuireng, Jombang.
Di PP Madrasatul Quran Tebuireng, jenazah dishalatkan terlebih dahulu. Ada ribuan santri dan warga yang ikut menshalatkan almarhumah. Dhuriyah dari almarhumah juga berkumpul di sekitar makam, sambil menunggu jenazah diberangkatkan untuk dimakamkan.
Sejumlah pejabat juga ikut hadir saat pemakaman adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid tersebut, misalnya Gus Ipul, Khofifah Indar Parawansa, dan sejumlah pejabat lainnya. Mereka ikut prosesi pemakaman dari awal hingga selesai.
Saat proses pemakaman, keluarga sangat sedih. Mereka meneteskan air mata, karena kepergian almarhumah. Bahkan, ada anggota keluarga yang pingsan karena terlalu sedih. Namun, proses pemakaman tetap berjalan dengan lancar. Lantunan doa serta selawat selalu dikumandangkan saat prosesi pemakaman.
Setelah pemakaman selesai, para ibu-ibu yang merupakan dhuriyah atau keluarga serta sejumlah tamu mengadakan tahlil di lokasi makam. Mereka kirim doa.
Nyai Hj Aisyah Hamid Baidlowi adalah putri kedua dari KH Wahid Hasyim. Ia adalah adik kandung mantan Presiden Gus Dur dan kakak dari KH Salahuddin Wahid, KH Umar Wahid, Nyai Lily Chodijah Wahid, dan KH Hasyim Wahid. Perempuan dengan segudang prestasi dan pengabdian ini wafat di usia 78 tahun.
Almarhumah merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU periode 1995-2000. Beliau wafat pada Kamis (8/3) di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sekitar pukul 12.50 WIB. Saat ini, jenazah masih disemayamkan di rumah duka, Jalan Bukit Pratama Raya A.9 Pasar Jumat, Lebak Bulus.
Selain mengemban jabatan Ketua Umum PP Muslimat NU, Nyai Aisyah juga pernah menduduki Ketua Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) 1990-1995, Anggota DPR RI tiga periode (1997-2009), Pengurus Dewan Pimpinan MUI (1995-2000), Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah (2000-2010), dan Ketua Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (1999-2013).
Almarhumah wafat dalam usia 78 tahun. Sebelum wafat, Nyai Aisyah sempat mengeluh sesak nafas. Ia akhirnya dirawat di rumah sakit tersebut sejak Minggu (4/3). Almarhumah meninggalkan lima orang anak dan 15 cucu.
Semasa hidupnya, ia juga sangat aktif berorganisasi. Jenazah sempat disemayamkan di Perum Bukit Pratama Blok A No. 9, Lebak Bulus Jakarta Selatan, lalu diangkut dengan pesawat terbang untuk dimakamkan di Kabupaten Jombang. (*)
Video Oleh Asmaul Chusna
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018