Surabaya (Antara Jatim) - Arus mudik masa Lebaran 2017 sudah terasa sejak beberapa hari lalu. Puncak arus mudik ada yang mengklaim terjadi pada 24-26 Juni dan mobilisasi sebaliknya yang lumrah disebut arus balik diperkirakan segera akan dirasakan beberapa hari ke depan hingga masa libur bersama berakhir.
ANTARA yang mencoba menyusuri ruas jalan dari jalur mudik sebagian masyarakat dalam merayakan Idul Fitri 1438 Hijriah, menuangkannya dalam sebuah catatan.  

ANTARA pada 24-26 Juni 2017 menyusuri jalur Surabaya-Malang-Blitar, kemudian dilanjutkan jalur Blitar hingga Klaten. Jalur itu menurut penilaian banyak pihak bukan jalur padat. Jalur itu meliputi  Surabaya -Malang- Blitar, dan dilanjutkan Blitar - Tulungagung-Kediri-Nganjuk-Wilangan-Saradan-Caruban-Ngawi-Sragen-Karanganyar- Solo-Klaten. Meski bukan jalur padat, tapi jalur tersebut juga "beririsan" dengan jalur utama Surabaya-Solo-Yogyakarta atau sebaliknya yang dikenal sangat padat.

Jalur Surabaya-Malang-Blitar relatif normal kendati harus diwaspadai terjadinya pasar tumpah di sejumlah titik, seperti di Pasar Lawang, Pasar Singosari, dan Pasar Pakisaji. Padatnya volume kendaraan menjadi semakin tersendat di titik tersebut karena banyaknya warga lalu-lalang memotong jalan. Tidak hanya itu, parkir kendaraan yang memakan sebagian badan jalan, menjadikan jalan yang relatif tidak lebar semakin menyempit.

Jalur Surabaya-Malang-Blitar tersebut juga tidak hanya dipadati masyarakat yang ingin mudik, tapi  ada pula masyarakat yang akan berlibur ke sejumlah objek wisata, utamanya ke Batu. Sebab, Kota Batu masih menjadi salah satu tujuan wisata favorit masyarakat di Jatim dalam menghabiskan masa liburan.

Di jalur Surabaya-Malang dapat ditempuh melalui jalur lama, tanpa jalan tol, atau sedikit melintas jalan tol Surabaya hingga Pandaan, kemudian dilanjut melintasi jalur non-tol. Di jalur Malang-Blitar, jalan tidak terlalu lebar sehingga butuh kesabaran karena lajur jalan cukup padat kendaraan, khususnya kendaraan roda dua. Jalur mudik Surabaya-Blitar, dalam kondisi normal, bisa ditempuh dalam waktu sekitar empat jam menggunakan kendaraan roda empat.     

Sementara itu, menyusuri jalur Blitar hingga Solo dan Klaten dihadapkan pada menyemutnya kendaraan, utamanya kendaraan roda dua di jalur Blitar-Kediri dan Kediri-Nganjuk. Di jalur tersebut jalan banyak dipadati masyarakat yang berombongan akan beranjangsana ke sanak keluarga menggunakan sepeda motor. Dengan demikian, melintasi jalur ini harus ekstra hati-hati jika tidak ingin bersenggolan dengan pengguna jalan yang lain. Dengan kondisi ini maka waktu tempuh juga jauh lebih lama dibandingkan saat hari biasa.

Lepas dari jalur yang padat kendaraan roda dua, masuk ke "jalur utama" yang merupakan irisan jalur Surabaya-Solo-Yogyakarta, yakni Nganjuk-Wilangan-Saradan-Caruban-Ngawi -Sragen- Karanganyar-Solo-Yogyakarta. Jalur ini merupakan jalur "momok" bagi para pemudik, sebab di jalur inilah setiap arus mudik maupun arus balik sering kali terjadi kepadatan, bahkan cenderung macet. Apalagi, jika melintas di kawasan ini berbarengan dengan melintasnya kereta api. Ada sejumlah titik perlintasan sebidang yang harus ditutup sementara saat kereta api melintas.

Pada masa angkutan mudik Lebaran tahun ini, jalur Nganjuk-Solo-Ygyakarta sangat padat. Arus lalu lintas sering tersendat hampir di semua ruas jalan. Memasuki jalur Nganjuk-Wilangan kepadatan arus lalu lintas sudah sangat terasa. Jalan kendaraan tidak leluasa. Antrean kendaraan mengular sangat panjang.

Lepas kawasan Wilangan, pemudik sedikit bernafas lega karena jalur Caruban-Ngawi meski padat tapi cukup lancar. Kendati demikian, kelegaan hanya berlangsung sesaat, karena di kawasan hutan Ngawi atau di kawasan Widodaren, perjalanan sangat tersendat. Lalu-lalang masyarakat di jalur yang memotong jalan, serta  aktivitas di sub terminal di daerah ini cukup berkontribusi terhadap kurang lancarnya arus lalu lintas.     

Lepas dari jalur tersebut, pemudik harus berhadapan dengan "traffic light" yang juga tidak kurang menguras kesabaran. Volume arus kendaraan pemudik yang tinggi, tidak dibarengi dengan rekayasa pengaturan waktu yang memadai, sehingga arus kendaraan pemudik tersendat. Padahal, seperti diketahui, di jalur Sragen hingga Yogyakarta dikenal jalur "kaya traffic light". Hanya beberapa ratus meter, akan ditemui lampu pengatur lalu lintas "Bang-Jo-Ning". Begitu seterusnya.
 
Jalur mudik Blitar hingga Klaten yang biasanya dapat ditempuh dalam waktu sembilan jam (bahkan enam -tujuh jam dalam kondisi hari biasa), pada masa angkutan Lebaran ini harus ditempuh dalam waktu 13 jam. Perjalanan yang tentu cukup melelahkan bagi sebagian pemudik yang tidak  terbiasa mengendarai kendaraan jarak jauh dan waktu yang lama. 

Arus mudik telah berlangsung dan sebentar lagi diperkirakan akan terjadi arus balik. Melihat fenomena yang terjadi saat arus mudik, maka diperkirakan akan terjadi fenomena yang sama pada saat arus balik jika tidak dilakukan rekayasa perjalanan arus lalu lintas di jalan raya. Kepadatan arus balik akibat volume kendaraan yang tinggi tidak menutup kemungkinan akan terulang jika tidak diupayakan solusi yang pas serta dibarengi tertib berlalu lintas dari masyarakat pengguna jalan. Selamat Berlebaran...semoga bisa menikmati arus balik yang nyaman. (*)   


    
     

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017