Surabaya (Antara Jatim) - Ratusan siswa dan siswi SD Khadijah Wonokromo Surabaya, Jawa Timur menggelar upacara Hari Santri Nasional (HSN) 2016 dengan bersarung dan berkebaya di lapangan tengah sekolah itu, Sabtu.
Upacara yang dipimpin Ketua IV Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU (YTPS-NU) Surabaya H Abdullah Sani MPd itu tidak hanya diisi lantunan lagu "Indonesia Raya" dan teks "Pancasila" serta pengibaran bendera merah-putih.
Namun, inspektur upacara juga melakukan pembacaan teks "Resolusi Jihad 1945", sedangkan siswa peserta upacara melantunkan sejumlah shalawat, diantaranya Shalawat Nariyah.
"Saya baru pertama kali ikut upacara Hari Santri, karena baru tahu juga kalau Hari Santri itu ada, tapi saya bangga sebagai siswi Khadijah, karena santri itu punya andil besar dalam kemerdekaan bangsa," kata siswi SMA Khadijah, Tamana Febriyanti Harahap.
Menurut siswi kelas XI MIA itu, adanya Hari Santri harus disikapi dengan positif bahwa santri juga memiliki kemampuan dalam berbagai bidang dan siap menghadapi persaingan.
"Jadi, santri ke depan, termasuk siswa Khadijah harus siap bersaing, termasuk dalam mengatasi persaingan budaya," katanya.
Pandangan Tamana itu dibenarkan Ketua IV YTPS-NU Khadijah, Wonokromo, Surabaya, H Abdullah Sani MPd.
"Indonesia itu memiliki peran dalam mempertahankan kemerdekaan, bahkan kemerdekaan mungkin tidak akan pernah ada tanpa adanya peran santri," katanya.
Oleh karena itu, katanya, Hari Santri harus disikapi dengan kesiapan untuk melanjutkan perjuangan para santri pada masa lalu dengan kemampuan menjaga NKRI dari tantangan global.
"Khadijah itu merupakan bagian dari NU dan NU itu tidak lepas dari santri, pesantren dan ulama, karena itu Generasi Khadijah harus mengenal peran santri pada masa lalu untuk memainkan peran lebih baik lagi pada era yang memiliki tantangan berbeda," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia berharap guru YPTS-NU mengenalkan kembali Resolusi Jihad yang melandasi Hari Santri melalui pelajaran sejarah, agama (Aswaja), dan sebagainya.
Sementara itu, Pesantren Tebuireng Jombang bersama Forum Peduli Bangsa (FPB) akan menyelenggarakan Rapat Akbar Aktualisasi Resolusi Jihad di pesantren peninggalan pendiri NU KH Hasyim Asy'ari itu pada 5 November 2016.
Beberapa tokoh yang dijadwalkan hadir dalam perhelatan tersebut antara lain Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad, Ph.D dan Guru Besar Pendidikan dari Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Imam Suprayogo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016
Upacara yang dipimpin Ketua IV Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial NU (YTPS-NU) Surabaya H Abdullah Sani MPd itu tidak hanya diisi lantunan lagu "Indonesia Raya" dan teks "Pancasila" serta pengibaran bendera merah-putih.
Namun, inspektur upacara juga melakukan pembacaan teks "Resolusi Jihad 1945", sedangkan siswa peserta upacara melantunkan sejumlah shalawat, diantaranya Shalawat Nariyah.
"Saya baru pertama kali ikut upacara Hari Santri, karena baru tahu juga kalau Hari Santri itu ada, tapi saya bangga sebagai siswi Khadijah, karena santri itu punya andil besar dalam kemerdekaan bangsa," kata siswi SMA Khadijah, Tamana Febriyanti Harahap.
Menurut siswi kelas XI MIA itu, adanya Hari Santri harus disikapi dengan positif bahwa santri juga memiliki kemampuan dalam berbagai bidang dan siap menghadapi persaingan.
"Jadi, santri ke depan, termasuk siswa Khadijah harus siap bersaing, termasuk dalam mengatasi persaingan budaya," katanya.
Pandangan Tamana itu dibenarkan Ketua IV YTPS-NU Khadijah, Wonokromo, Surabaya, H Abdullah Sani MPd.
"Indonesia itu memiliki peran dalam mempertahankan kemerdekaan, bahkan kemerdekaan mungkin tidak akan pernah ada tanpa adanya peran santri," katanya.
Oleh karena itu, katanya, Hari Santri harus disikapi dengan kesiapan untuk melanjutkan perjuangan para santri pada masa lalu dengan kemampuan menjaga NKRI dari tantangan global.
"Khadijah itu merupakan bagian dari NU dan NU itu tidak lepas dari santri, pesantren dan ulama, karena itu Generasi Khadijah harus mengenal peran santri pada masa lalu untuk memainkan peran lebih baik lagi pada era yang memiliki tantangan berbeda," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia berharap guru YPTS-NU mengenalkan kembali Resolusi Jihad yang melandasi Hari Santri melalui pelajaran sejarah, agama (Aswaja), dan sebagainya.
Sementara itu, Pesantren Tebuireng Jombang bersama Forum Peduli Bangsa (FPB) akan menyelenggarakan Rapat Akbar Aktualisasi Resolusi Jihad di pesantren peninggalan pendiri NU KH Hasyim Asy'ari itu pada 5 November 2016.
Beberapa tokoh yang dijadwalkan hadir dalam perhelatan tersebut antara lain Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D. Hadad, Ph.D dan Guru Besar Pendidikan dari Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Imam Suprayogo. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016