Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Dispora Kota Surabaya M. Afghani Wardhana S. SE MM menegaskan bahwa setiap harinya di Surabaya ada orang yang meninggal akibat narkoba.

"Sungguh ironis bila generasi muda tidak bisa berpretasi hanya karena narkoba. Jangan sampai narkoba menjadi penghalang," katanya dalam sebuah seminar di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Senin.

Dalam seminar bertajuk "Peningkatan Pemahaman tentang Bahaya HIV/AIDS, Kenakalan Remaja dan Narkoba" itu, BNN Surabaya menghadirkan seorang mantan pecandu narkoba bernama Doni Aris Setiawan.

"Tepatnya pada tahun 1998, saya sempat menjadi pecandu narkoba. Hingga suatu hari, saya mengalami sakau dan orangtua malah men-suport saya untuk membeli barang itu agar saya tidak merasa kesakitan lagi," cerita Doni.

Menurut dia, keadaan tersebut justru membuatnya semakin kecanduan pada barang terlarang tersebut. "Dari sekian jenis narkoba, saya 'jatuh cinta' pada heroin," katanya.

Namun, hal tersebut membuat perekonomian keluarganya semakin berantakan, bahkan suatu ketika ia menjual penanak nasi yang masih ada nasinya untuk mendapat sedikit uang demi menuruti kecanduannya.

"Waktu itu pernah terpikir, seandainya bisa, orangtua pun akan saya jual," kata Doni yang akhirnya 'ditendang' keluarganya dan memulai hidupnya di jalanan.

Pada tahun 2002, Doni memutuskan untuk kembali ke rumah dan memulai menjalani kehidupan yang baru. "Awalnya sangat susah, namun saya benar-benar ingin pulih seperti sedia kala," tuturnya, didampingi Kepala BNN Surabaya AKBP Suparti SH MM.

Doni memutuskan berhenti karena setiap malam menjelang pagi, ia selalu takut dan berpikir kepada siapa lagi akan berutang demi membeli barang terlarang tersebut, sehingga ia pun bertekad bulat untuk menjauhinya.

"Meskipun sudah tidak lagi bersentuhan dengan narkotika, terkadang masih terbayang dengan suasana dan tempat-tempat saya mengonsumsinya. Saat ke mall, saya terkadang masih ingat ada closet yang tersumbat karena saya membuang alat suntik ke dalamnya," kata Doni tertawa.

Dalam kesempatan itu, Rektor UKWMS Drs. Kuncoro Foe, G.Dip.Sc., Ph.D mengungkapkan masa depan Indonesia diuntungkan secara demografis karena banyaknya penduduk yang berusia produktif.

"Namun, alangkah suramnya kalau mereka yang berusia produktif itu gaya hidupnya tidak sehat. Karena itu, kami menggandeng BNN, Dispora, dan RSUD Dr.Soetomo untuk mencetak generasi muda bebas narkoba," ujar Kuncoro.

Sementara itu, salah satu dokter dari RSUD Dr.Soetomo, Dr. Erwin Astha Triyono, menyatakan penderita HIV/AIDS di Jawa Timur saat ini sudah menempati posisi kedua terbanyak se-Indonesia.

"Penularan HIV/AIDS itu bukan melalui sentuhan, bersin ataupun menggunakan peralatan makan yang sama dengan penderita, melainkan melalui seks bebas dan juga narkoba suntik," katanya.

Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada para mahasiswa untuk tidak melakukan hal-hal yang "berlebihan" saat masih berpacaran. "Dalam satu hari, ada 50 orang meninggal akibat HIV/AIDS," katanya. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016