Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah pedagang di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan harga berbagai macam jenis beras stabil, karena panen yang berlangsung secara merata di daerah setempat, juga Tuban, sejak dua pekan terakhir.
     
"Harga beras stabil dalam dua pekan terakhir, bahkan kemungkinan akan bertahan stabil selama sebulan," kata seorang pedagang beras di Pasar Banjarjo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Kharis, Senin.
     
Ia menyebutkan harga beras panenan baru di daerah setempat bertahan berkisar Rp7.200-Rp7.400 per kilogram. Begitu pula, harga beras kaulitas super produk lokal, juga sejumlah kecamatan di Tuban, juga bertahan berkisar Rp9.500-Rp10.000 per kilogram. 
     
Oleh karena itu, ia mengaku mulai meningkatkan jumlah pembelian beras dari pedagang lokal, yang biasanya hanya sekitar 4 ton per hari, menjadi sekitar 7 ton per hari, sejak sepekan terakhir.
     
Hal senada disampaikan pemilik UD Barokhah Alam di Desa Balenrejo, Kecamatan Balen, Khafidz Al Amin, yang menyebutkan, harga beras panenan baru tetap bertahan stabil, karena panen berlangsung merata.
     
Ia memperkirakan harga beras panenan baru bisa saja naik berkisar Rp100-Rp200 per kilogram, setelah panen mulai berkurang akhir April.
     
Saat ini, lanjut dia, harga beras panenan baru di tingkat penggilingan padi berkisar Rp7.000-Rp7.100 per kilogram, lebih rendah dengan harga di tingkat pedagang besar.
     
"Saya juga menjalin kontrak dengan bulog sekitar 1.000 ton," ucapnya.
     
Seorang pedagang beras di Pasar Banjarjo, Kecamatan Kota, Bojonegoro Antok, menyebutkan bisa memasok beras ke Bulog Subdivre III Bojonegoro, berkisar 20 ton per hari, sejak beberapa hari ini.
     
"Biasanya saya mengirimkan beras ke Bulog Surabaya, tapi sekarang mengirimkan beras ke Bulog Subdivre III Bojonegoro," ucapnya, menambahkan.
     
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari, menjelaskan di daerahnya ada tanaman padi lebih dari 39.000 hektare, selama April.
     
Panen tanaman padi di daerahnya itu, lanjut dia, mundur sekitar sebulan, karena petani terlambat menanam padi, disebabkan hujan mundur.
     
"Setelah panen tanaman padi seluas 39.000 hektare itu, akan disusul panen tanaman padi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo dengan luas sekitar 15.000 hektare," katanya. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016