Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah peternak lele di Desa "Minapolitan" Gondosuli, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kesulitan mendapat pasokan air selama musim kering/kemarau, sehingga mereka mendesak pemerintah daerah membangun embung atau semacam bendungan kecil di sekitar desa.
"Kami berharap usulan itu bisa segera direalisasikan tahun (anggaran) depan," ujar Ketua Kelompok Perikanan Ageng Rahayu, Sugeng Purnomo, Minggu.
Ia mengatakan, ketersediaan air baku menjadi kebutuhan mutlak di sentra budidaya lele Desa Gondosuli.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015
"Kami berharap usulan itu bisa segera direalisasikan tahun (anggaran) depan," ujar Ketua Kelompok Perikanan Ageng Rahayu, Sugeng Purnomo, Minggu.
Ia mengatakan, ketersediaan air baku menjadi kebutuhan mutlak di sentra budidaya lele Desa Gondosuli.
Pada saat musim hujan, warga pembudidaya lele tidak merisaukan, karena selain sungai mengalir deras hingga ke saluran air di sawah-sawah dan perkampungan, volume air baku dalam tanah juga meningkat.
Namun, saat kemarau berkepanjangan seperti saat ini, Sumiran menuturkan banyak warganya yang kesulitan mendapat air baku untuk mengganti air kolam yang sudah kotor dan tidak segar.
"Frekuensi penggantian menjadi diperpanjang atau bahkan tidak sama sekali, namun itu berdampak pada pertumbuhan ikan," ujarnya.
Pertumbuhan yang kurang baik tersebut menurut Sugeng berimbas pada kualitas lele yang menjadi jelek atau kurang baik.
"Itulah kenapa kami menginginkan ada semacam embung atau sejenis cekdam untuk menampung air, agar saat kemarau kami tidak kebingungan mendapat suplai air tanah," ujarnya.
Kepala Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang, Sumiran mengatakan, upaya mendapat pasokan air telah dilakukan warga, kelompok maupun pemerintah daerah dengan melakukan pengeboran air tanah hingga radius kedalaman di atas 40 meter.
Namun, penyedotan air tanah di lapisan dalam menyebabkan sumur-sumur penduduk lebih cepat kering.
"Kami seperti menghadapi dilema, jika tidak menyedot dari air bawah tanah produksi perikanan tidak optimal, namun jika disedot beramai-ramai warga justru kesulitan air bersih karena sumur lebih cepat kering," ujar Sumiran.
Seide dengan Sugeng Purnomo, Sumiran memastikan bahwa melalui Pemerintah Desa Gondosuli dirinya telah mengajukan permohonan resmi kepada pemkab setempat.
Momentum pemecahan rekor MURI untuk hidangan pecel lele terbanyak dan terpanjang di Desa Gondosuli, Kamis (12/11) setidaknya mereka manfaatkan untuk me-lobby Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo untuk menampung dan merealisasikan aspirasi para peternak lele di Desa Gondosuli.
"Persoalan peternak dan warga tentu menjadi perhatian pemerintah daerah, apalagi desa ini mampu menyumbang PAD (pendapatan asli daerah) cukup besar dan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah," ujar Syahri Mulyo.
Desa "Minapolitan" Gondusuli yang terletak di sisi timur Kecamatan Gondang, atau sebelah barat kota Tulungagung memiliki sedikitnya 300-400 peternak/pembudidaya ikan lele.
Mereka kini tergabung dalam 13 kelompok yang melakukan kerjasama dibidang budidaya lele bersama, perawatan, hingga mengatur penjualan hasil produksi ke sejumlah pasar konsumsi lele di Jatim, Jateng, DIY serta Bandung. (*)
Namun, saat kemarau berkepanjangan seperti saat ini, Sumiran menuturkan banyak warganya yang kesulitan mendapat air baku untuk mengganti air kolam yang sudah kotor dan tidak segar.
"Frekuensi penggantian menjadi diperpanjang atau bahkan tidak sama sekali, namun itu berdampak pada pertumbuhan ikan," ujarnya.
Pertumbuhan yang kurang baik tersebut menurut Sugeng berimbas pada kualitas lele yang menjadi jelek atau kurang baik.
"Itulah kenapa kami menginginkan ada semacam embung atau sejenis cekdam untuk menampung air, agar saat kemarau kami tidak kebingungan mendapat suplai air tanah," ujarnya.
Kepala Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang, Sumiran mengatakan, upaya mendapat pasokan air telah dilakukan warga, kelompok maupun pemerintah daerah dengan melakukan pengeboran air tanah hingga radius kedalaman di atas 40 meter.
Namun, penyedotan air tanah di lapisan dalam menyebabkan sumur-sumur penduduk lebih cepat kering.
"Kami seperti menghadapi dilema, jika tidak menyedot dari air bawah tanah produksi perikanan tidak optimal, namun jika disedot beramai-ramai warga justru kesulitan air bersih karena sumur lebih cepat kering," ujar Sumiran.
Seide dengan Sugeng Purnomo, Sumiran memastikan bahwa melalui Pemerintah Desa Gondosuli dirinya telah mengajukan permohonan resmi kepada pemkab setempat.
Momentum pemecahan rekor MURI untuk hidangan pecel lele terbanyak dan terpanjang di Desa Gondosuli, Kamis (12/11) setidaknya mereka manfaatkan untuk me-lobby Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo untuk menampung dan merealisasikan aspirasi para peternak lele di Desa Gondosuli.
"Persoalan peternak dan warga tentu menjadi perhatian pemerintah daerah, apalagi desa ini mampu menyumbang PAD (pendapatan asli daerah) cukup besar dan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah," ujar Syahri Mulyo.
Desa "Minapolitan" Gondusuli yang terletak di sisi timur Kecamatan Gondang, atau sebelah barat kota Tulungagung memiliki sedikitnya 300-400 peternak/pembudidaya ikan lele.
Mereka kini tergabung dalam 13 kelompok yang melakukan kerjasama dibidang budidaya lele bersama, perawatan, hingga mengatur penjualan hasil produksi ke sejumlah pasar konsumsi lele di Jatim, Jateng, DIY serta Bandung. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015