Jombang (Antara Jatim) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendorong pondok pesantren agar bisa mandiri, dengan budidaya ikan lele sistem bioflok guna mendukung program pemerintah mamasyarakatkan gerakan makan ikan.
"Wilayah Jawa mulai dari Jatim sampai Jabar ini masih jauh (tingkat konsumsi ikan rendah), jadi kami nanti akan berikan bantuan budidaya lele sistem bioflok," katanya saat menghadiri kegiatan gerakan memasyarakatkan makan ikan di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengatakan, budidaya ikan lele dengan sistem bioflok dinilai sangat menjanjikan. Dimana, per meter persegi bisa menghasilkan ikan 1 ton. Dengan hasil yang cukup tinggi tersebut, ke depan diharapkan pondok pesantren bisa mandiri dan tercukupi kebutuhan gizi, berupa ikan pada para santri.
Sistem bioflok ini di nilai efektif, dan mampu mendongkrak produktivitas karena dalam kolam yang sempit dapat di produksi ikan lele yang lebih banyak, biaya produksi berkurang dan waktu yang relatif lebih singkat jika di bandingkan dengan budidaya secara konvensional.
Di Jatim, ia mengatakan akan ada dua pondok pesantren yang jadi lokasi peresmian, yaitu di PP Tebuireng, Kabupaten Jombang serta di Gontor, Ponorogo. Namun, ke depan akan dilakukan bertahap di pondok pesantren lainnya juga akan mendapatkan program tersebut.
"Setiap pesantren satu, dan akan kami 'Launching dua di Jatim yaitu Gontor dan Tebuireng, untuk sistem lele peternaan dan kolam budidaya lainnya. Ini supaya, paling tidka makan ikan santri bisa setiap hari, dan tentunya jika besar bisa diekspor," katanya.
Ia menyebut, ekspor ikan salah satunya ikan lele sangat besar. Pasar ekspor di antaranya ke singapura dan beberapa negara lainnya. Mereka menyukai ikan lele.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor perikanan di Indonesia berkembang 8.37 persen pada basis year-on-year (y/y) pada kuartal ketiga tahun 2015, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi negara ini secara keseluruhan (di 4,73% y/y) pada kuartal yang sama.
Ekspor produk perikanan Indonesia tercatat sebesar 244,6 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada bulan Oktober 2015, sedangkan impor hanya mencapai 12,5 juta dollar AS (menyiratkan surplus perdagangan sebesar 232,04 juta dollar AS).
Pertumbuhan sektor perikanan di Indonesia ini didukung oleh peningkatan produksi ikan hasil tangkapan dan hasil budidaya. Menurut data dari BPS, produksi ikan hasil tangkapan naik 5,03 persen (y/y) menjadi 4,72 juta ton (khususnya tuna), sedangkan produksi ikan hasil budidaya naik 3,98 persen (y/y) menjadi 10,07 juta ton hingga kuartal ketiga tahun 2015.
Menteri Susi juga optimistis, akan terjadi pertumbuhan sektor perikanan Indonesia pada 2016. Pemerintah Pusat telah mengalokasikan Rp13,8 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan, naik 31,4 persen dari alokasi pada APBN 2015.
"Dari data BPS, ada kenaikan 10 persen produk perikanan Indonesia," katanya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia menetapkan target pertumbuhan produksi ikan hasil tangkapan sebesar 2,4 persen menjadi 6,45 juta ton pada 2016, sedangkan pertumbuhan produksi ikan hasil budidaya ditargetkan sebesar 8,72 persen menjadi 19,5 juta ton.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang KH Sholahudin Wahid mengaku sangat senang dengan program tersebut. Ia berharap, program itu secepatnya direalisasikan.
"Kami berharap segera mungkin kegiatan itu bisa direalisasikan, karena tentunya bisa memenuhi kebutuhan," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah ini. (*)